Wednesday, 24 July 2013

Perbandingan Peta RBI dan Topografi

1. Legenda                         
Legenda Peta Topografi

Legenda peta RBI
Legenda pada peta RBI lebih banyak simbol yang digambarkan dibandingkan dengan peta topografi. Objek yang disimbolkan pada legenda topografi adalah objek yang umum seperti jalan, bandara, pelabuhan, batas administrasi, dan beberapa penggunaan lahan. Objek yang disimbolkan pada peta RBI lebih khusus seperti jalan setapak, jalan khusus, objek masjid, vihara, tegalan, makam dll. 


2. Sistem penomoran 
nomor lembar RBI

nomor lembar topografi
Penomoran pada peta RBI ditulis dengan kombinasi angka-angka, sedangkan penomoran pada peta Topografi adalah kombinasi angka dengan huruf. Pada peta RBI penomorannya dimulai dari kiri bawah berarah zig-zag menuju kanan atas. Peta topografi penomorannya dimulai dari kiri atas berarah zig-zag menuju kanan bawah. 


3. Proyeksi 

Proyeksi yang digunakan dalam peta RBI yaitu proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM). Peta Topografi menggunakan proyeksi Transverse Mercator (TM). Perbedaannya yaitu pada posisi bidang proyeksi dengan bola bumi. Proyeksi UTM bersifat secansial atau bidang proyeksi memotong bola bumi. Proyeksi TM bersifat tangensial dengan posisi bidang proyeksi menyinggung bola bumi. 


4. Orientasi 
orientasi RBI

orientasi topografi
Orientasi Peta RBI Orientasi peta Topografi 

1) Utara sebenarnya/True North : yaitu utara yang mengarah pada kutub utara bumi. 

2) Utara Magnetis/Magnetic North : yaitu utara yang ditunjuk oleh jarum magnetis kompas, dan letaknya tidak tepat di kutub utara bumi. 

3) Utara Peta/Map North : yaitu arah utara yang terdapat pada peta. 

4) Deklinasi Peta:adalah beda sudut antara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi karena perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang digambarkan pada peta. 

5) Deklinasi Magnetis: Selisih beda sudut utara sebenarnya dengan utara magnetis 

6) Deklinasi Peta magnetis:Selisih besarnya sudut utara peta dengan utara magnetis bumi. 

Kutub utara magnetis bumi letaknya tidak bertepatan dengan kutub utara bumi. Arah utara magnetis bumi pada peta dapat berbeda bergantung pada tahun pembuatan peta, karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi bergeser dari tahun ke tahun. 


5. Kontur 

Peta RBI dan Topografi sama sama menggambarkan garis kontur untuk mewakili ketinggian tempat di permukaan bumi. Pada peta topografi garis kontur lebih ditonjolkan. Sifat-sifat garis kontur berlaku sama untuk kedua peta. Kontur intervalnya pun berbeda-beda sesuai dengan skala peta. Kontur interval dapat dicari dengan rumus. 


6. Penampilan 

Apabila diamati kenampakan yang digambarkan pada peta topografi dan peta RBI yang terlihat paling menonjol adalah objeknya. Peta topografi lebih menggambarkan permukaan bumi secara umum. Peta RBI sudah menggambarkan mulai dari kenampakan alam hingga penggunaan lahan yang lebih spesifik. Peta RBI mampu menggambarkan aspek sosial di permukaan bumi dengan adanya gambaran permukiman penduduk. Garis kontur pada peta topografi lebih ditonjolkan informasinya, sehingga walaupun difotocopy peta ini masih menunjukkan garis kontur dengan jelas. Berbeda dengan peta RBI garis kontur digambarkan dengan warna untuk memperjelas perbedaan dengan objek lain, akan tetapi ketika peta difotocopy garis kontur justru tidak terlihat dengan jelas. Pada peta RBI indeks konturnya tidak hanya ditulis dengan satu arah. Tujuannya agar indeks kontur dapar terbaca dari atas peta atau arah yang berlawanan dari pembaca peta yang seharusnya. Perbedaan juga terdapat pada layout kedua peta. Peta RBI layout informasi tepi peta berada di bawah dan kanan dari peta sedangkan peta topografi informasi tepinya ada di bagian bawah peta. 

Contoh Pelanggaran HAM

Hilangnya Keadilan Sebagai Bentuk Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, begitulah bunyi sila kelima Pancasila. Sila yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Keadilan di Indonesia memang masih sulit diwujudkan. Banyak kasus ketidak adilan dialami warga negara Indonesia di dalam negaranya sendiri yang notabene merupakan negara hukum. Berikut salah satu contoh kasus dimana keadilan menjadi satu hal yang sangat samar yang diambil dari harian terkemuka Indonesia: 

Sandal Jepit Menjepit Keadilan Sosial 

Perbuatan mencuri memang tidak baik dan diperkenankan dalam banyak norma sosial dan budaya. Cilakanya ini menimpa pada anak-anak yang masih harus dilindungi dan tidak bisa dikriminalkan (sebisanya). Kriteria anak pun menurut konvensi-konvensi yang ada yaitu seseorang yang berumur di bawah 18 tahun. Semoga saja masih ada hati nurani dalam hukum di negeri kita. 

Kasus sandal jepit ini bermula Mei lalu saat Briptu Ahmad Rusdi Harahap, anggota Brimob Polda Sulteng, mengaku kehilangan sandal merek Eiger di rumah kostnya di jalan Zebra. Saat itu, Briptu Rusdi menuduh AAL yang kebetulan lewat saat dia mencari sandalnya. AAL ketika itu masih pelajar SMP. 

Atas tuduhan ini, AAL mengelak, tapi Briptu Rusdi tetap menuduh bahkan memanggil rekannya di bagian Reserse Kriminal Khusus Polda Sulteng Briptu Simson J Sipayang untuk ikut mengionterogasi. Karena AAL terus mengelak, keduanya lalu memukul AAL. 

Tak tahan dipukuli, AAL kemudian mengaku pernah menemukan sandal jepit merek Ando sekitar 25 km dari kamar kos Briptu Rusdi. Entah mengapa, sandal jepit ini yang kemudian digunakan Briptu Rusdi untuk menyeret AAL ke pengadilan. 

Di pengadilan pun terjadi dialog agak aneh saat hakim maupun pengacara menanya Briptu Rusdi dari mana dia yakin bahwa sandal jepit tersebur miliknya. Saat itu Briptu Rusdi menjawab ada kontak batin. Saat hakim meminta Briptu Rusdi mencoba sandal tersebut, tampak jelas sandal itu kekecilan untuk kaki Briptu Rusdi yang besar. 

Atas kejadian pemukulan anaknya , Ebert Nicolas Lagaronda ayah AAL kemudian melaporkan Briptu Rusdi dan Briptu Simson ke Divisi Propam Polda Sulteng. Briptu Rusdi sempat meminta laporan ini dicabut, tapi orang tua AAL tetap meneruskan laporannya, berikut bukti visum. 

Untuk kasus penganiayaan ini, Briptu Simson telah dijatuhi hukuman kurungan 21 hari dan penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun dalam sidang Kode Etik dan Disiplin yang digelar Divisi Propam Polda Sulteng, Rabu (28/12/2011). Adapun Briptu Rusdi masih menjalani sidang disiplin. 

Rencananya, pengacara AAL juga akan memerkarakan Briptu Rusdi ke pengadilan umum untuk kasus penganiayaan anak dibawah umur. "Bukti visumnya ada, dan putusan dari majelis kode etik juga sudah ada. Jadi kami siap memperkarakan penganiayaan ini," kata Syahrir Zakaria, salah seorang pengacara AAL. 

Sumber: Kompas.com 

Berbagai tanggapan bermunculan mengecam kasus yang menimpa seorang anak yang harus diseret ke meja hijau hanya karena sandal jepit. Salah satu potret penegakan hukum di Indonesia. Di mana keadilan terasa begitu samar. Salah seorang blogger ikut menanggapi masalah ini dengan menulis: 

Impotensi Hukum di Negeri Begajul 

Jelas sekali tebang pilih, dan impotensi peradilan di negeri begajul. Tak bisa membedakan apa yang bisa diselesaikan secara wajar dan tidak. Kasus korupsi jelas akan selalu dapat di selamatkan karena ada yang bisa di bagi, sementara jika sandal jepit, seekor ayam, biji jambu di ladang, jelas tidak bisa di bagi dan dijadikan nominal di rekening bank. Masih beruntung ada banyak masjid yang ketika Jumatan atau shalat berjamaah ada yang kehilangan sandal dan tidak menuntut apa-apa, di ikhlaskan, meski harus pulang tanpa alas kaki. Namun tempat ibadah juga kadang menjadi komoditas dalam perijinan yang seringkali menjadi kasus dan ramai dibicarakan bahkan menjadi penyulut kerusuhan. Sulit memang menentukan sesuatu ke dalam kategori waras dalam wacana negeri yang hukumnya impoten namun memiliki libido luar biasa untuk menindas atas nama pembagian nominal rekening bank. 

Sumber: http://suryaden.com/brain-damage/keadilan-sandal-jepit 


Keadilan merupakan hak semua rakyat Indonesia. Keberadaannya pun di jamin dalam Undang-undang Dasar bersamaan dengan hak semua rakyat mendapat pengakuan dan perlindungan yang sama di hadapan hukum. Hak memperoleh keadilan juga tertuang dalam Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Hal itu menjadikan tidak diberikannya keadilan bagi anak yang dituduh mencuri sendal jepit merupakan tindakan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Hak Asasi merupakan hak yang paling dasar sehingga hak ini harus terpenuhi dalam keberlangsungan hidup manusia. Para pembuat keputusan harus melihat permasalahan dalam konteks global. Bandingkan seorang koruptor yang mencuri uang rakyat bernilai triliunan rupiah dengan seorang anak kecil yang dituduh mencuri sendal jepit seorang polisi. Keadilan harus ditegakkan, Indonesia mengakui memperoleh keadilan adalah salah satu hak yang dimiliki rakyat Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang mengakui adanya Hak Asasi Manusia di hadapan dunia Internasional. Apabila Bangsa Indonesia tidak mau disebut sebagai bangsa yang tidak mengakui adanya HAM maka Indonesia harus bersikap tegas terhadap kasus-kasus yang tidak mengutamakan keadilan. Institusi kepolisian dan kejaksaan harus menggunakan hati nurani dan akal sehat dalam menghadapi kasus-kasus seperti ini. Keadilan bagi rakyat Indonesia tidak boleh direnggut hanya karna hukum memihak pada kalangan atas. Sebagai salah satu tujuan hidup bangsa Indonesia, keadilan sosial harus ditegakkan.

by: Erika Dwi Candra

Resensi Buku Agama Islam



Judul: Etika Beramar Ma’ruf Nahi Mungkar 
Pengarang: Ibnu Taimiyyah 
Penerbit: Gema Insani Press 
Kota: Jakarta 
Tahun: 1990 
Tebal: 109 halaman 

Ringkasan buku: 

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan tuntunan yang diturunkan Allah dalam kitab-kitab-Nya disampaikan oleh Rasul-Rasul-Nya dan merupakan bagian dari syariat Islam. Adapun pengertian “nahi mungkar” adalah mengharamkan segala bentuk kekejian, sedangkan “amar ma’ruf’ berarti menghalalkan semua semua yang baik, karena itu mengharamkan yang baik termasuk dilarang Allah. 

Melaksanakan amar dan nahi harus dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu yang pertama memiliki ilmu dan pemahaman. Amal seseorang tidak dapat dikatakan shaleh jika dilakukan tanpa ilmu dan pemahaman. Niat dan amal jika tanpa ilmu adalah kejahilan, sesat dan mempertaruhkan hawa nafsu. Syarat kedua yaitu dalam melakukan perbuatan baik adalah melakukan amar dan nahi berdasarkan jalan yang lurus, yang merupakan jalan terdekat untuk menuju titik sasaran. Shiraathal mustaqiem menuju rida Allah. Syarat ketiga melakukan amar dan nahi yaitu dilakukan dengan lemah lembut. Seseorang mukmin haruslah penyantun dan sabar menerima cobaan, karena setiap mukmin tidak terlepas dari cobaan. Jika tidak bisa bersikap demikian maka dikhawatirkan kemafsadatan yang timbul lebih besar daripada kemaslahatannya. 

Ada tiga tipe manusia dalam ber’amar ma’ruf nahi mungkar yaitu: yang pertama manusia yang hanya bertindak atas hawa nafsunya. Mereka hanya rela terhadap sesuatu yang sesuai dengan selera dan tidak menaruh benci kecuali yang mereka anggap haram. Tipe yang kedua yaitu kelompok manusia yang melaksanakan syariat Islam secara benar dan ikhlas karena Allah serta senantiasa mewujudkan kebaikan. Orang-orang seperti inilah yang dikatakan beriman dan beramal shaleh serta termasuk umat terbaik. Mereka menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar serta beriman kepada Allah SWT. Tipe manusia ketiga yaitu kelompok manusia yang berada di tengah dua tipe manusia sebelumnya. Sebagian tipe ini adalah orang mukmin yang mempunyai kesadaran diniah dan dorongan nafsu. Sekali tempo dorongan ke arah kebaikan lebih kuat, di kesempatan lain kecenderungan ke arah nafsu lebih kuat. 


Personal views: 

Tema yang diambil penulis buku sangat menarik karena berhubungan dengan perilaku manusia dalam kesehariannya. Bagaimana manusia bertindak melakukan kebaikan dan menjauhi larangan Allah. Larangan dan perintah Allah telah jelas dituliskan dalam kitab Al-Quran. 

Bahasa yang digunakan dalam buku ini temasuk bahasa yang baku namun tidak kaku. Pemilihan kata-kata yang digunakan mudah dipahami oleh pembaca. Buku ini juga masih menggunakan istilah-istilah dari bahasa Arab yang disertai dengan terjemahan atau arti dari istilah Arab tersebut sehingga bagi pembaca yang tidak mengerti bahasa Arab mendapatkan penjelasan yang jelas arti istilah tersebut. 

Penjelasan tentang amar ma’ruf nahi mungkar dalam buku ini dilengkapi dengan dalil-dalil yang jelas, yaitu yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadist yang shahih diriwayatkan. Tidak ada keraguan dari kebenaran isi Al-Quran dal Al-Hadist. Buku ini menunjukkan banyat ayat dalam Al-Quran yang menjelaskan betapa pentingnya ber’amar ma’ruf nahi mungkar. 

Selain kelebihan dari buku yang telah disebutkan ada pula kekurangan dari buku ini. Kesinambungan antar subbab dalam buku ini masih kurang. Ada beberapa subbab yang tidak secara langsung berkesinambungan sehingga sulit bagi pembaca untuk menerimanya. Sebaiknya dalam setiap subbab ada kata pengantar yang menghubungkan bahasan setiap subbab.


by: Erika Dwi Candra

Penerapan Konsep Geomorfologi

Konsep Geomorfologi sebagai Landasan Berfikir Penyelesaian Masalah Kebencanaan

Konsep geomorfologi merupakan suatu konsep utama yang digunakan dalam memahami objek, gejala atau fenomena geomorfologi. Konsep ini digunakan untuk mengkaji objek-objek ilmu geomorfologi. Menurut Thornbury (1969), terdapat 10 konsep geomorfologi yaitu: 

1. Proses – proses fiskal yang sama dan hukum – hukumnya yang bekerja saat ini telah berlangsung sepanjang waktu geologi meskipun intensitasnya tidak selalu sama seperti sekarang. 

2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol dominan dalam evolusi bentuklahan dan tercerim padanya. 

3. Pada tingkat tertentu permukaan bumi mempunyai relief karena proses geomorfik bekerja dengan kecepatan yang berbeda. 

4. Proses – proses geomorfik meninggalkan bekas yang nyata pada bentuklahan dan setiap prosesnya berkembang sesuai dengan karakteristik bentuklahan. 

5. Disebabkan karena tenaga erosional yang bekerja di permukaan bumi itu berbeda – beda maka terjadi suatu tingkat urutan perkembangan bentuklahan. 

6. Evolusi geomorfik yang kompleks itu lebih umum terjadi daripada yang sederhana. 

7. Bentuklahan di permukaan bumi yang berumur lebih tua dari tersier jarang dijumpai dan kebanyakan berumur kuarter. 

8. Penafsiran secara tepat terhadap bentangalam saat ini tidak mungkin dilakukan tanpa mempertimbangkan perubahan iklim dan geologi yang terjadi selama zaman kuarter. 

9. Pemahaman iklim dunia sangat penting untuk memahami proses geomorfk yang berbeda – beda. 

10. Walaupun fokus geomorfologi pada bentuklahan masa kini, namun untuk mempelajarinya diperlukan pengetahuan sejarah perkembangannya. 



Wilayah Indonesia merupakan salah satu wilayah yang dilewati Ring of Fire (Lingkaran Api). Selain banyak mengalami gempa bumi, wilayah Indonesia juga memiliki deretan gunung berapi. Salah satu gunung berapi teraktif di dunia terdapat di Indonesia yaitu Gunung Merapi. Tepatnya Gunung Merapi terletak di daerah perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai wilayah yang memiliki bentukanlahan vulkanisme, Gunung Merapi juga merupakan hulu dari beberapa sungai seperti Sungai Putih, Sungai Batang, Sungai Senowo, dan Sungai Lamat. 

Wilayah di sekitar Gunung Merapi yang merupakan salah satu gunung teraktif di dunia memiliki potensi bencana yang cukup besar. Tidak hanya bencana primer yang berasal dari letusan Gunung Merapi melainkan adanya pula bencana sekunder berupa banjir lahar. Bencana primer yang berupa erupsi dalam bentuk lahar panas, debu dan abu vulkanik serta material-material piroklastik yang keluar dari perut bumi membawa ancaman di wilayah sekitar lereng Gunung Merapi. Sedangkan bencana sekunder berupa banjir lahar yang mengalir melalui sungai. Bencana sekunder ini lebih berbahaya dibandingkan bencana primer karena mengancam wilayah yang lebih luas. Banjir lahar disebabkan karena hujan yang turun di Gunung Merapi sehingga airnya mengalirkan material-material hasil erupsi berupa bebatuan, kerikil, pasir dan material piroklastik lain bercampur dengan air. Alirannya mengalir melaui sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dengan kecepatan yang sangat tinggi. Kecepatannya dipengaruhi oleh massa jenis campuran air dan material hasil erupsi lebih berat dan didorong gaya gravitasi yang cukup besar karena Gunung Merapi merupakan gunung api strato dengan kemiringan yang cukup terjal. Aliran banjir lahar sangat membahayakan masyarakat dan lingkungan sekitar aliran sungai. 

Bencana banjir lahar perlu dikaji untuk menemukan metode untuk memecahkan permasalahan yang menimpa wilayah dan masyarakat hulu sungai di lereng Merapi bahkan hingga ke hilir sungai. Pengkajian suatu masalah diperlukan suatu konsep geomorfologi yang digunakan sebagai kerangka berfikir pembahasan objek geografi. Permasalahan bajir lahar yang terjadi di wilayah DIY dan Jawa Tengah yang berasal dari Gunung Merapi dapat dikaji berdasarkan konsep geomorfologi pertama yang menyatakan bahwa proses – proses fiskal yang sama dan hukum – hukumnya yang bekerja saat ini telah berlangsung sepanjang waktu geologi meskipun intensitasnya tidak selalu sama seperti sekarang. Erupsi Merapi telah terjadi sejak zaman dahulu ketika Gunung Merapi mulai aktif, demikian pula dengan banjir lahar. Pada mulanya sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi memiliki morfologi dasar sungai lebih dalam daripada sekarang. Akibat adanya banjir lahar mengakibatkan kedalaman sungai menjadi semakin dangkal karena adanya proses pengendapan material yang dibawa banjir lahar. Volume endapan yang terjadi dapat digunakan untuk mengetahui intensitas banjr lahar dan erupsi yang terjadi dari masa ke masa. Semakin banyak endapan yang terbentuk semakin besar intensitas banjir lahar dan erupsi yang terjadi. 

Akibat dari semakin mendangkalnya dasar sungai, kapasitas air yang dapat ditampung semakin sedikit. Sehingga ketika terjadi banjir lahar, air bercampur material vulkanis akan meluap dan menerjang pemukiman dan yang berada pada wilayah aliran sungai. Mengakibatkan bahaya yang mengancam masyarakat dan merusak fasilitas serta lingkungan. Menggunakan prinsip geomorfologi pertama ini, apabila kondisi dasar sungai dapat dikembalikan seperti semula atau setidaknya mengurangi volume endapan dasar sungai maka akan meminimalisair bahkan mencegah meluapnya aliran lahar dingin. 

Selain menggunakan prinsip geomorfologi pertama, sebagai landasan berfikir mencari penyelesaian suatu masalah dapat juga menggunakan prinsip geomorfologi keempat yang menyatakan bahwa proses – proses geomorfik meninggalkan bekas yang nyata pada bentuk lahan dan setiap prosesnya berkembang sesuai dengan karakteristik bentuklahan. Merupakan proses yang alamiah apabila terjadi pengendapan di sepanjang aliran sungai yang berhulu pada gunung berapi akibat terjadinya banjir lahar. Menjadikan proses dan bentukan seperti itu ciri khas yang ada pada bentuklahan vulkanis. Banjir lahar merupakan proses geomorfik karena akibat adanya banjir lahar ini terbentuk morfologi yang berbeda pada dasar sungai. Apabila banjir lahar terus menerus terjadi maka tidak mustahil apabila suatu saat dasar sungai semakin terangkat dan aliran air akan membuat aliran baru dengan posisi yang lebih rendah dari aliran sungai sebelumnya. Hal ini akan mengancam masyarakat yang berada di wilayah aliran sungai. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mencegah terjadinya bencana yang lebih besar lagi. Solusi yang ditawarkan yaitu relokasi warga yang berada di bantaran dan wilayah aliran sungai agar masyarakatnya lebih aman dari terjangan banjir lahar. Tetapi solusi ini masih sangat sulit direalisasikan karena permasalahan yang sangat kompleks, seperti tidak tersedianya lahan pemukiman lain. Opsi lain untuk penyelesian masalah yaitu dengan mengeruk endapan material yang terdapat di dasar sungai. Pengerukan dasar sungai bisa dilakukan agar aliran air maupun lahar dingin tetap berada pada lajur yang seharusnya. 

Konsep-konsep geomorfologi sangat penting untuk dipahami karena sangat berguna bagi seorang geograf untuk mencari penyelesaian masalah yang berkaitan dengan objek kajian geomorfologi. Ketika telah turun dalam masyarakat seorang geograf dengan dan berdasar ilmu yang dimiliki dapat menyelamatkan kondisi lingkungan dan nyawa masyarakat.


by: Erika Dwi Candra

Wednesday, 26 June 2013

Variabel Visual

Variable visual merupakan suatu variable yang digunakan untuk membedakan suatu unsur yang diwakili pada setiap simbol, atau variasi untuk menampilkan informasi secara grafis.

1. Ukuran
Ukuran adalah variabel yang dapat digunakan untuk mempresentasikan data kuantitatif dengan ukuran simbol yang mempresentasikan nilai. Perbedaam ukuran dapat ditampilkan dengan menggunakan hubungan linearitas.

Contoh:




2. Bentuk
Variabel visual bentuk dapat digunakan untuk menggambarkan data nominal, umumnya berupa data titik. Bentuk dapat berupa simbol abstrak maupun piktorial. Bentuk abstrak merupakan bentuk yang tidak berhubungan dengan objek yang diwakilinya. Bentuk piktorial merupakan bentuk yang berhubungan denga objek yang diwakili. Penggunaan simbol abstrak mengharuskan pembaca mengulang pembacaan legenda.

Contoh: 




3. Warna
Suatu warna mewakili objek yang berbeda-beda. Perubahan warna tidak selalu bertingkat atau bergradasi. Perubahan warna tidak diikuti dengan perubahan nilai atau value.

Contoh:












4. Nilai
Variabel visual ini sangat terkait dengan tiga atribut warna yaitu brightness/value, hue dan saturation. Value adalah jumlah sinar yang dipantulkan oleh suatu warna. Hue adalah panjang gelombang satu warna. Saturation adalah derajat intensitas warna dalam sebuah gambar. Variabel visual nilai sering digunakan untuk data ordinal dan beberapa data kuantitatif.

Contoh:




5. Orientasi
Variabel visual ini sangat cocok digunakan untuk satuan vektor seperti angin, gaya gravitasi, dan medan magnet. Terdapat delapan orientasi yang dapat dikenali dengan mudah yaitu delapan arah mata angin. Biasanya variabel visual ini menggambarkan data kuantitatif yang bersifat siklis.

Contoh:




6. Tekstur
Variabel visual tekstur merupakan variabel visual yang kompleks dengan mengkombinasikan antara ukuran, nilai, bentuk dan orientasi. Tekstur dapat digunakan untuk merepresentasikan data nominal dan ordinal.

Contoh:



7. Posisi

Posisi sebagai variabel visual secara mudah berefensi pada dimensi x,y .menunjukan posisinya/lokasi di peta. Posisi merupakan variabel visual yang selalu digunakan dikombinasikan dengan satu atau lebih.





Tingkatan Ukuran Data

Data menurut sifatnya

1. Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang mengutamakan kualitas atau jenis datanya. Biasanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau verbal bukan dalam bentuk angka. Jika dinyatakan dalam bentuk angka, angka tersebut tidak memiliki nilai kuantitas.

2. Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data menonjolkan kuantitas atau jumlah data. Biasanya dinyatakan dengan angka.

Data menurut ukurannya

1. Nominal
Data nominal adalah data yang tidak mempunyai tingkatan, sehingga setiap unsur derajatnya sama. Tidak ada yang mempunyai tingkat yang lebih tinggi dari unsur yang lain. Unsur ini biasanya dikenal dengan namanya saja yang bersifat kualitatif. Atribut angka yang diberikan tidak menunjukkan bahwa tingkat suatu unsur lebih tinggi dari unsur yang lain. Angka-angka tersebut jika ditambahkan tidak memberi arti apa-apa. Contohnya perpustakaan, masjid, lakilaki, perempuan, sekolah, gereja, atau pasar.

2. Ordinal
Data ordinal adalah data yang telah memiliki tingkatan. Terdapat suatu unsur yang memiliki derajat lebih tinggi dari yang lainnya serta sebaliknya. Sehingga suatu data dapat diurutkan dari tinggi ke rendah atau sebaliknya. Cara penggambarannya dengan satu warna tetapi gradasi, tidak terdapat nilai kuantitatif. Dapat juga dengan bentuk yang ukurannya bertingkat besar dan kecil. Misalnya besar, agak besar, kecil.

3. Interval
Data interval merupakan data kuantitatif yang tidak memiliki nilai nol yang mutlak. Nilai nol dapat berubah-ubah tergantung satuan yang digunakan atau sifat suatu data. Nilai nol bukan berarti tidak ada nilainya. Data ini memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data interval. Contohnya seperti suhu. 

4. Rasio
Data rasio adalah data kuantitatif yang memiliki nilai 0 mutlak. Ukuran dari unsur yang tidak hanya dengan aturan tertentu tetapi juga dibagi atas kelas-kelas tertentu dengan harga yang sebenarnya. Oleh karena ada titik nol, maka data rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada data rasio dapat menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur. Misalnya uang, panjang objek, atau berat objek.


Data menurut dimensinya

1. Titik
Data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif dapat disimbolkan dengan simbol dimensi nol yaitu simbol titik.

2. Garis
Data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif dapat disimbolkan dengan simbol garis.

3. Area
Data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif dapat disimbolkan dengan simbol area.

Sistem Proyeksi Peta Kartografis



Menurut Mas Sukoco (1997), peta dalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi dan umumnya digambar pada suatu bidang datar dengan pengecilan (diskalakan). Menurut Mutiara (2004) suatu peta harus dapat memenuhi ketentuan geometrik sebagai berikut :

1. Jarak antara titik yang terletak di atas peta harus sesuai dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)
2. Luas permukaan yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)
3. Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi
4. Bentuk yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)

Pada daerah yang relatif kecil (30 km x 30 km) permukaan bumi diasumsikan sebagai bidang datar, sehingga pemetaan daerah tersebut dapat dilakukan tanpa proyeksi peta dan tetap memenuhi semua persyaratan geometrik. Namun karena permukaan bumi secara keseluruhan merupakan permukaan yang melengkung, maka pemetaan pada bidang datar tidak dapat dilakukan dengan sempurna tanpa terjadi perubahan (distorsi) dari bentuk yang sebenarnya sehingga tidak semua persyaratan geometrik peta yang ‘ideal’ dapat dipenuhi (Mutiara, 2004). Dalam hal ini volume elipsoid sama dengan volume bola. Bidang bola inilah yang nantinya akan diambil sebagai bentuk matematis dari permukaan bumi untuk mempermudah dalam perhitungan (Prihandito, 1988).

Proyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi fisis bisa digambarkan diatas bidang datar (peta). Karena permukaan bumi tidak teratur maka akan sulit untuk melakukan perhitungan-perhitungan langsung dari pengukuran. Untuk itu diperlukan pendekatan secara matematis (model) dari bumi fisis tersebut. Model matematis bumi yang digunakan adalah ellipsoid putaran dengan besaran-besaran tertentu. (Mutiara, 2004)

Menurut Wongsotjitro (1982), pemilihan proyeksi peta perlu memperhatikan:
1. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peta berhubung dengan penggunaan peta
2. Besar dan bentuk daerah di atas permukaan bumi yang akan dibuat petanya
3. Letak daerah itu di atas permukaan bumi

Secara garis besar, klasifiksai proyeksi peta dapat digolongkan menurut pertimbangan yang dilakukan (Prihandito, 1988).

A. Pertimbangan Ekstrisik

1. Berdasarkan bidang proyeksinya

a. Proyeksi Zenithal/Azimuthal, bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub, equator atau sembarang tempat. Pada proyeksi ini dibedakan lagi atas titik sumber dari pusat bumi :

· Gnomonis, arah sinar dari pusat bumi.
· Stereografis, arah sinar dari kutub yang berlawanan dengan titik singgung proyeksi.
· Orthografis, arah sinar dari titik jauh tak terhingga.

b. Proyeksi Cylindrical (silinder), parallel merupakan garis lurus horizontal dan semua meridian berupa garis-garis lurus vertikal.

c. Proyeksi Conic (kerucut), proyeksi kerucut yang normal mempunyai parallel yang melingkar dan meridian berupa garis lurus yang radial (baik terutama untuk negara-negara di lintang tengah).

 
Sumber:http://earth.rice.edu/mtpe/geo/geosphere/topics/projections.jpg



2. Ditinjau dari persinggungannya:

a. Tangensial, apabila bola bumi bersinggungan dengan bidang proyeksi.
b. Secansial, apabila bola bumi berpotongan dengan bidang proyeksi.
c. Polysuperficial, terdiri dari banyak bidang proyeksi, misalnya suatu seri dari kerucut.

3. Ditinjau dari garis karakteristik/kedudukan sumbu simetri:
a. Proyeksi Normal, sumbu simetri berimpit dengan sumbu bumi.
b. Proyeksi Transversal, sumbu simetri tegak lurus dengan sumbu bumi atau terletak pada bidang ekuator.
c. Proyeksi Miring (Oblique), sumbu simetri membentuk sudut terhadap sumbu bumi.

  

Sumber: Mutiara (2004)



B. Pertimbangan Intrisik

1. Berdasarkan kesalahan sifat yang diperlihatkan:

a. Proyeksi Equivalent, luas daerah yang dipertahankan.
b. Proyeksi Conform, bentuk pada peta yang dipertahankan.
c. Proyeksi Equidistan, jarak pada peta yang dipertahankan.

2. Ditinjau dari generasinya:

a. Geometris, proyeksi perspektif atau sentral.
b. Matematis, tidak dilakukan proyeksi, semuanya diperoleh dengan perhitungan matematis.
c. Semi geometris, sebagian peta diproyeksikan secara geometris dan sebagian titik-titik diperoleh degan perhitungan matematis.





DAFTAR PUSTAKA


Earth Rice. Projections. http://earth.rice.edu/mtpe/geo/geosphere/topics/projections.jpg (diakses tanggal 20 Mei 2013, pukul 22.48 WIB)

Mutiara, I. 2004. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Teknis Pengukuran Dan Pemetaan Kota. Surabaya: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Prihandito, Aryono. 1988. Proyeksi Peta. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius.

Sukwardjono dan Mas Sukoco. 1997. Kartografi Dasar. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Susilo, Bowo. 2005. Petunjuk Praktikum Proyeksi Peta. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Wongsotjitro, Soetomo. 1982. Ilmu Proyeksi Peta. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius.

Toponimi Peta

Toponimi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata cara pemberian nama maupun penulisan nama-nama unsur geografis yang ada dalam peta. Nama-nama yang diberikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembacaan peta yaitu sebagai identifikasi unsur-unsur geografis agar mudah diketahui oleh para pembaca peta. Penamaan unsur-unsur geografis harus sesuai kaidah atau aturan-aturan tertentu agar suatu peta mudah dibaca dan tidak membingungkan bagi pembaca peta.

Ada sembilan aturan yang harus dipenuhi dalam pemberian nama-nama geografis dalam peta, yaitu:
1. Nama unsur geografis yang terdiri dari generic name dan spesific name ditulis terpisah, contohnya: Gunung Merapi, Selat Sunda
2. Nama kota yang terdiri dari generic name dan spesific name ditulis dalam satu kata, contohnya: Ujungpandang, Muarajambi
3. Nama spesifik yang ditambah kata sifat ayau penunjuk arah ditulis terpisah, contohnya: Jawa Timur, Kebayoran Lama
4. Nama spesifik yang merupakan pengulangan ditulis dalam satu kata, contohnya: Bagansiapiapi
5. Nama spesifik yang ada unsur penomoran ditulis dengan huruf, contohnya: Depok Satu, Depok Dua
6. Nama spesifik yang terdiri dari dua kata benda ditulis dalam satu kata, contohnya: Pagaralam
7. Nama spesifik yang terdiri dari kata benda diikuti unsur geografis ditulis dalam satu kata, contohnya: Pagargunung, Kayulaut
8. Nama spesifik yang terdiri dari tiga kata ditulis dalam satu kata, contohnya: Muarabatangangkola
9. Tidak boleh memberi nama dengan empat kata, contohnya: Gunungmanaonunterudang

Tata letak suatu peta atau yang disebut layout harus seimbang antara muka peta dan informasinya. Informasi tepi pada suatu peta tidak boleh terlalu mendominasi bahkan menutupi muka peta. Layout suatu peta harus dirancang agar mempermudah pembacaan peta dan juga memenuhi unsur keindahan tampilan suatu peta.

Representasi Relief dan Penampang Melintang

Representasi Relief

Relief diartikan kenampakan nyata dari permukaan bumi, yaitu perbedaan-perbedaan dalam ketinggian dan kemiringan permukaan bumi. Relief dipresentasikan dengan menghubungkan titik-titik di permuakaan bumi yang memiliki ketinggian yang sama dengan satu garis yang disebut dengan garis kontur, dikenal dengan metode contouring.

Garis kontur merupakan cara yang paling banyak dilakukan untuk menggambarkan permukaan dan ketinggian pada peta karena memberikan ketelitian yang baik. Dapat juga menggambarkan relief bumi pada peta dengan hill shading, layer shading dan blok diagram. Tetapi ketiga cara tersebut pada dasarnya juga menggunakan garis kontur.

Pembuatan garis kontur dilakukan dengan cara interpolasi titik-titik hasil pengukuran di lapangan. Tidak dimungkinkan untuk mengetahui ketinggian semua titik dengan mengukur ketinggian semua titik itu. Menurut Hidayati N Iswari interpolasi itu dibagi menjadi dua yaitu:
1. Interpolasi linier yaitu interpolasi garis kontur menggunakan perhitungan pada garis
2. Interpolasi grafis yaitu membagi garis menggunakan garis lain yang ukurannya lebih mudah lalu digaris dengan prinsip garis sejajar untuk mendapatkan ukuran yang sebanding

Kegunaan dari garis kontur yaitu:
1. Menunjukkan bentuk relief
2. Mengetahui bentuk lereng
3. Mengetahui besar kemiringan lereng

Sifat yang dimiliki garis kontur yaitu:
1. Semakin rapat garis kontur semakin terjal kemiringan lereng dan semakin renggang garis kontur semakin landai bentuk kemiringan lereng
2. Garis kontur selalu berkesinambungan atau kontinyu
3. Tidak ada garis kontur yang berpotongan satu sama lain
4. Tidak ada garis kontur yang bercabang
5. Garis kontur bersifat horizontal
6. Garis kontur selalu membelok-belok
7. Garis kontur merupakan garis yang tertutup
8. Garis kontur selalu tegak lurus dengan aliran di permukaan

Selain dengan garis kontur representasi relief dapat menggunakan hill shading, layer shading dan blok diagram. Cara hill shading yaitu dengan memberi bayang-bayang pada garis kontur dengan satu arah penyinaran. Sedangkan cara layer shading yaitu dengan memberi warna dengan gradasi warna berdasarkan ketinggiannya. Kesan tiga dimensi pada peta dibuat dengan blok diagram.
· 

Penampang Melintang

“Profil (pro dan filare yang berarti menarik garis ke depan) adalah bentuk kenampakan topografi suatu lereng apabila dipotong secara vertikal atau gambaran penampang suatu daerah dilihat dari samping, Selanjutnya besarnya kemiringan lereng dapat ditentukan berdasarkan perbandingan antara beda tinggi dengan jarak datar dari dari dua buah titik atau tempat, dan penyajian besarnya kemiringan tersebut dapat berupa derajat, meter per kilometer, pecahan, miles, persen dan desimal.” (Iswari N. Hidayati:2011)


DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Iswari Nur, 2011, Petunjuk Praktikum Kartografi Dasar(GKP 0101), Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Spesifikasi Beberapa Citra Satelit

RESOLUSI TINGGI

1. SATELIT IKONOS 
Informasi peluncuran
  • Organisasi : GeoEye 
  • Tanggal Peluncuran : 24 September 1999 
  • Peluncuran Kendaraan : LM900
  • Peluncuran Situs/Lokasi : Vandenberg Air Force Base, California, USA
Petak Area Ukuran Lebar dan Luas  
  • Petak : 11 km x 11 km (single scene)
Orbit
  • Orbit : 98.1 derajat, sun synchronous 
  • Kecepatan pada Orbit : 7.5 km/detik 
  • Kecepatan diatas bumi : 6.8 km/detik 
  • Kecepatan mengelilingi Bumi : 14.7 kali tiap 24 jam 
  • Ketinggian : 681 kilometer
  • Masa Operasi : 7 tahun lebih
Resolusi
  • Resolusi spasialnya 1.5 meter 
  • Resolusi temporalnya yaitu 3 hari 
  • Dynamic Range (resolusi radiometrik): 11-bit per pixel 
  • Resolusi pada Nadir (resolusi spektral) : 0,82 meter (panchromatic) 3,2 meter (multispectral) 
  • Resolusi 26° Off-Nadir (resolusi spektral): 1,0 meter (panchromatic) 4,0 meter (multispectral) 
  • Cakupan Citra : 11,3 kilometer pada nadir, 13,8 kilometer pada 26° off-nadir 
  • Waktu Melintas Ekuator : Nominal 10:30 AM waktu matahari 
  • Waktu Lintas Ulang : Sekitar 3 hari pada 40 ° garis lintang
  • Saluran Citra : Panchromatic, blue, green, red, near IR


2. SATELIT QUICKBIRD  
  • Tanggal Peluncuran 24 September 1999 at Vandenberg Air Force Base, California,USA 
  • Pesawat Peluncur: Boeing Delta II 
  • Masa Operasi: 7 tahun lebih 
  • Orbit: 97.2°, sun synchronous 
  • Kecepatan pada Orbit: 7.1 Km/detik (25,560 Km/jam) 
  • Kecepatan diatas bumi: 6.8 km/detik 
  • Akurasi : 23 meter horizontal (CE90%) 
  • Ketinggian: 450 kilometer 
  • Resolusi spasial : 0.61 meter 
  • Resolusi temporal : 3-7 hari. 
  • Resolusi Pankromatik : 61 cm (nadir) to 72 cm (25° off-nadir) 
  • Resolusi Multi Spektral: 2.44 m (nadir) to 2.88 m (25° off-nadir)) 
  • Cakupan Citra: 16.5 Km x 16.5 Km at nadir
  • Waktu Melintas Ekuato: 10:30 AM (descending node) solar time 
  • Waktu Lintas Ulang: 1-3.5 days, tergantung latitude (30° off-nadir) 
  • Saluran Citra:
    1. Pan: 450-900 nm 
    2. Blue: 450-520 nm 
    3. Green: 520-600 nm
    4. Red: 630-690 nm 
    5. Near IR: 760-900 nm


RESOLUSI MENENGAH 

1.  SATELIT SPOT-5  


  • Tanggal peluncuran : 3 Mei 2002
  • Launch vehicle : Ariane 4 
  • Lokasi peluncuran : Guina Space Centre, Kuorou, French Guyana 
  • Ketinggian orbit : 822 km 
  • Inklinasi orbit : 88,70, sun-synchronous 
  • Kecepatan : 7,4 km/detik – 26, 640 km/jam 
  • Equator Crossing Time : 10:30 a.m (descending node) 
  • Waktu orbit : 101:4 minutes 
  • Revisit time : 2 – 3 days tergantung pada latitude 
  • Satelit SPOT resolusi temporalnya yaitu 26 hari 
  • Citra SPOT resolusi spasialnya 10 dan 20 meter 
  • Swath Width : 60 km x 60 km to 80 km pada nadir 
  • Metric accuracy : <50-m horizontal position accuracy (CE 90%) 
  • Digitazation : 8 bits 
  • Resolusi : Pan :
    1. 2,5 m from 2 x 5m scenes 
    2. 5 m (nadir) 
    3. 10 m (nadir) 
    4. 20 m (nadir) 
  • Band :
    1. Pan : 480-710 nm 
    2. Green : 500 – 590 nm 
    3. Red : 610 – 680 nm 
    4. Near IR : 780 – 890 nm
    5. Shortwave IR : 1.580 – 1750 nm 

 2. SATELIT LANDSAT-7 ETM+ 
  • Karakteristik Sensor Satelit Landsat
  • Tanggal Peluncuran : 24 September 1999 di Vandenberg Air Force Base, California, USA 
  • Orbit : 705 +/- 5 km (at the equator) sun-synchronous
  • Inklinasi Orbit : 98.2 +/- 0.15 
  • Periode Orbit : 98.9 minutes
  • Ketinggian : 681 kilometer 
  • Resolusi pada Nadir : 30x30 meter (TM), 120 m x 120 m pixel (far-infrared band/band 7) 
  • Cakupan Citra : 185 km (115 miles) 
  • Waktu Melintas Ekuator : 10:30 AM solar time
  • Waktu Lintas Ulang : 16 days (233 orbits) 
  • Saluran Citra : Panchromatic, blue, green, red, near IR, middle IR, far IR, Thermal IR


RESOLUSI RENDAH

 1. SATELIT NOAA 
  • Dimensi Tinggi : 165 in (4,19m)
  • Diameter : 74 in (1,88m) 
  • Solar array area : 180,6 ft² (16,8 m²) 
  • Berat: 4920 lbs (2231,7 kg) 
  • Daya (Hidup atau Mati): 879,9 W 
  • Di Desain Sampai > 2 tahun 
  • Orbit Ketinggian: 870 km
  • Kemiringan: 98,856˚ 
  •  Waktu Matahari Lokal : 13:40
  • Resolusi spatial : 3300 m (Global Area Coverage), 1100 m (Local Area Coverage)
  • Resolusi temporal : daily
  • Berat Peralatan : 982,5 lbs (445,6 kg) 
  • Daya Peralatan : 450 W 
  • Rata-rata Waktu Matahari ketika Melewati Ekuator : Sekitar 14:00
  • Rata-rata Ketinggian : 870 km 

2. SATELIT TERRRA 

  • Sistem TERRA
  • Orbit : 705 km, 98.2o, sun-synchronous, 10:30 AM crossing, rotasi 16 hari (repeat cycle) 
  • Sensor : ASTER 
  • Swath Width : 60 km 
  • Off-track viewing Tersedia: ± 8.5o SWIR dan ± 24o VWIR 
  • Revisit Time: 5 hari 
  • Band-band Spektral (µm) : VNIR 0, 056 (1), 0.66 (2), 0.81(3) SWIR 0.1.65(1), 2.17 (2), 2.21 (3), 2.26 (4), 2.33 (5), 2.40(6). TIR 8.3 (1), 8.65 (2), 9.10 (3), 10.6(4), 11.3(5) 
  • Resolusi temporal : 4 hari sekali 
  • Ukuran Piksel Lapangan (Resolusi spasial): 15 (VNIR), 30 m (SWIR), 90 m(TIR)
  • Arsip data: Terra.nasa.gov 

Monday, 13 May 2013

Yang Berharga dari MEGAGOEWESS

Sore itu, 5 Mei pukul 15.00 tepat di depan panggung kecil nan sederhana, ada keceriaan sekelompok mahasiswa. Foto bersama, prosesi yang mungkin dianggap wajib setelah seharian memepersembahkan event besar. "Beban" yang ditanggung selama berbulan-bulan telah terangkat dan hilang. MEGAGEOWESS, salah satu event terbesar di Fakultas Geografi dalam rangka Dies Natalis Fakultas Geografi UGM ke-50. Menjadi bagian dari mereka, Panitia Generasi Emas, menjadi hal yang luar biasa memang. Menilik sisi lain dari Badan Eksekutif Mahasiswa, yang syarat politik dan pergerakannya. Aku pun tak tau mengapa aku yang dipilih, dimana banyak temanku yang tak mendapat kesempatan ini. Bangga, sangat bangga memang aku bisa ambil bagian pensuksesan acara itu. Tapi bukan rasa bangga itu yang patut aku banggakan. Banyak pelajaran berharga yang dapat aku ambil. Semangat berkarya sangat kental dalam kominitas ini. Disaat kawan-kawan yang lain tidur nyenyak di kosan, berkutat dengan laporan praktikum masing-masing, mereka melakukan hal yang lain. Untuk berkarya dan berkontribusi, dalam semangat keikhlasan. Rasa cemas, lelah, marah, jenuh, senang dan bangga aku rasakan dalam kepanitiaan ini. Pengalaman yang sangat berharga, belum tentu didapat di tempat lain. 

Friday, 19 April 2013

Rencana Mati

Jumat, 19 April 2013, hari terakhir UTS semester 2, ditutup dengan ujian matakuliah yang, ah, seharusnya perlu sujud syukur saat keluar ruang ujian. Sudahlah lupakan. Ujian selesai itu artinya praktikum telah menanti dengan laporannya yang ah, sudahlah, tak mau mengeluh. Saat keluar ruang ujian tak seperti biasa, tak ada teman teman yang menunggu di luar ruangan sembari meributkan ujian untuk esok harinya. Saat itu benar benar sepi. Semua orang punya kegiatan dan kepentingan masing masing, begitu pun aku. Rasanya begitu senang melihat mereka begitu bersemangat. Sebuah amanah yang wajib dijalankan, suka atau tidak suka harus mereka lakukan.
Sudah menjadi agenda rutin setiap hari Jumat bertemu dengan orang orang yang aku sebut luar biasa. Sebuah forum yang berisi nilai nilai religius dalam kehidupan. Selalu ada hal positif dan menarik dari setiap perbincangan.
M: Kalian pasti punya kan rencana hidup masa depan?
U,E: Punya dong.
M: Apa coba?
U: Kuliah di luar negeri, kerja gajinya gedhe.
E: Menikah, punya anak
M: Emm, gitu ya, Kalian tau gak apa yang pasti terjadi di dunia ini?
U,E: Mati.
M: Nah, mati. Sudahkah kalian punya rencana untuk sesuatu yang pasti terjadi itu?
U,E: "diem"
M: Nah, untuk sesuatu yang belum pasti saja kita punya rencana, masa untuk sesuatu yang pasti terjadi tidak punya rencana. Ingin mati dalam keadaan seperti apa kalian? Dalam keadaan baik atau buruk. Kita akan mati dalam keadaan seperti apa itu sudah tercermin dalam kebiasaan kita. Jika kita hobi facebookan, ya bisa saja kita mati waktu facebookan. Kalau kita hobi chating, gak mustahil kita mati waktu chatingan. Tinggal kita mau mati dalam keadaan seperti apa.
U: Lha mbak, kita hobinya ngerjain laporan e.
M: Coba kita ambil sisi positifnya ngerjain laporan. Ngerjain laporan itu kan bagian dari menuntut ilmu dan menuntut ilmu itu ibadah. Tinggal bagaimana kita merubah orientasi kita bukan lagi sekedar ngerjain laporan, tapi untuk sebuah ibadah.
U: oh iya ya.
M: Sekarang tinggal bagaimana rencana mati kita. Mau seperti apa cara kematian kalian. Tulislah rencana mati kalian, mau dalam keadaan baik atau buruk, dosa atau ibadah. Bukankah MATI KHUSNUL KHOTIMAH itu lebih indah?

team is job team is team

Ketika kamu mampu menyelesaikan suatu pekerjaan sendiri, ya, kamu menunjukkan bahwa kamu mampu, tapi ketika kamu berada pada sebuah TIM itu nilainya NOL.

Sunday, 7 April 2013

PENUTUP LAHAN DAN PENGGUNAAN LAHAN

PUSTAKA PENUTUP LAHAN DAN PENGGUNAAN LAHAN

Pengertian penggunaan lahan mempunyai makna yang berbeda dengan liputan lahan. Istilah liputan lahan (penutup lahan) berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi, sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tersebut.

Pengetahuan tentang penggunaan lahan dan penutup lahanpenting untuk berbagai kegiatan perencanaan dan pengelolahan lahan di permukaan bumi. Menurut Lillesand dan Kiefer (1979), istilah penutup lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi. Contoh vegetasi, lahan kosong, dan lahan terbangun adalah penutup lahan. Istilah penggunaan lahan berkaitan dengan hasil pengolahan manusia yang memanfaatkan suatu lahan untuk tujuan tertentu. Contohnya seperti sawah, gedung perkantoran.

Secara ideal informasi tentang liputan lahan dan penggunaan lahan peta disajikan secara terpisah. Apabila data penginderaan jauh yang digunakan untuk sumber data utama dalam pemetaannya maka akan lebih efisien menggabung kedua informasi tersebut (Lillesand dan Kiefer, (1979) dalam Suharyadi, (2001)).

Informasi tentang liputan lahan pada umumnya dapat dikenali dengan mudah pada citra penginderaan jauh. Informasi tentang penggunaan lahan tidak selalu dapat ditafsir secara langsung. Penafsiran penggunaan lahan hanya dapat dilakukan dengan informasi penafsiran penutup lahannya.

Manfaat peta penggunaan lahan secara umum menurut Rhind (1980) dalam Suharyadi (2001), adalah:

1. Mengetahui jenis pemanfaatan lahan pada suatu bu=idang lahan tertentu
2. Mengetahui kecenderungan perkembangan
3. Sebagai masukan dalam pemodelan evaluasi dan atau perencanaan pemanfaatan lahan
4. Mengkaji hubungan antara kenampakan fisik lahan dengan kondisi sosial


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (xxxx). Petunjuk Praktikum Penginderaan Jauh Dasar. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Lillesand, Thomas M; Ralph W Kiefer. 1979. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Trans. Dulbahri, dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suharyadi. 2001. Penginderaan Jauh untuk Studi Kota. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Jenis-jenis Citra

PUSTAKA PENGENALAN JENIS-JENIS CITRA

Menurut Sutanto, 1994, di dalam penginderaan jauh, sensor merekam tenaga yang dipantulkan atau dipancarkan oleh obyek di permukaan bumi. Rekaman tenaga ini setelah dipeoses membuahkan data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh dapat berupa data data digital dan data analog. Data digital atau data numerik adalah data penginderaan jauh berupa angka yang menunjukkan kecerahan atau tingkat keabuan. Data analog adalah data penginderaan jauh yang terekam dalam bentuk gambar. Data ini dibedakan atas data citra dan non citra. Data citra berupa gambaran yang mirip wujud aslinya dan data noncitra umumnya berupa garis atau grafik.

Citra dibedakan lagi menjadi citra foto dan citra nonfoto. Perbedaan dari citra foto dan citra nonfoto dapat dilihat dalam tabel 3.1

Variabel PembedaCitra FotoCitra Nonfoto
SensorKameraNonkamera, mendasarkan atas penyiaman(scanning)
Kamera yang detektornya bukan film
DetektorFilmPita magnetik, termistor, foto konduktif, foto foltaik dll.
Proses perekamanFotografi/kimiawiElektronik
Mekanisme perekamanSerentakParsial
Spektrum elektromagnetikSpektrum tampak dan perluasannyaSpektral tampak dan perluasannya, temal dan gelombang mikro
Tabel 3.1

Menurut Sutanto, 1995, di dalam penginderaan jauh dikenal adanya empat istilah resolusi dengan arti berbeda-beda, yaitu:
1. Resolusi spasial
Resolusi spasial dapat diartikan sebagai kualitas lensa yang dinyatakan dengan jumlah maksimum garis pada tiap milimeter yang masih dapat dipisahkan pada citra
2.  Resolusi medan
Resolusi medan ialah ukuran terkecil objek di medan yang dapat direkam pada data digital maupun citra
3. Resolusi spektral
Resolusi spektral menunjukkan kerincian panjang gelombang yang digunakan di dalam perekaman objek
4. Resolusi temporal
Resolusi temporal ialah frekuensi perekaman ulang atas daerah yang sama. Resolusi resolusi tersebut yang menjadi pembeda suatu citra dengan citra lainnya. Setiap citra diciptakan untuk kegunaan tertentu.

Citra foto dapat dibedakan atas beberapa dasar, yaitu:
1. Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan 
a. Foto ultraviolet, yaitu foto yang digunakan menggunakan spektrum ultraviolet
b. Foto ortokromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4μm-0,56μm)
c. Foto pankromatik, yaitu foto yang dibuat dengan seluruh spektrum tampak
d. Foto inframerah asli, yaitu foto yang dibuat menggunakan spektrum inframerah dekat hingga panjang gelombang 0,9μm
2. Berdasarkan sumbu kamera
a. Foto vertikal, yakni foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi
b. Foto condong, yakni foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus terhadap permukaan bumi
3. Berdasarkan sudut liputan kamera
a. Foto vertikal
b. Foto agak condong
c. Foto sangat condong
4. Berdasarkan Jenis kamera
a. Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal
b. Foto jamak, yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama.
5. Berdasarkan warna yang digunakan
a. Foto berwarna semu atau foto inframerah berwarna
b. Foto warna asli, yaitu foto pankromatik berwarna
6. Berdasarkan wahana 
a. Foto udara, yakni foto yang dibuat dari pesawat udara atau dari balon
b. Foto satelit atau foto orbital, yakni foto yang dibuat dari satelit

Citra nonfoto dapat dibedakan atas beberapa dasar, yaitu:
1. Berdasarkan spektrum elektromagnetik
a. Citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat menggunakan spektrum inframerah termal
b. Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat menggunakan spektrum gelombang mikro
2. Berdarkan sensor yang digunakan
a. Citra tunggal, yaitu citra yang dibuat menggunakan sensor tunggal
b. Citra multispektral, yaitu citra yang dibuat menggunakan saluran jamak
3.  Berdasarkan wahana
a. Citra dirgantara (airbone image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara atau dirgantara
b. Citra satelit (satellit/spaceborn image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau luar angkasa



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (xxxx). Petunjuk Praktikum Penginderaan Jauh Dasar. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

----------. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

----------. 1995. Penginderaan Jauh Dasar. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.