Wednesday 26 June 2013

Sistem Proyeksi Peta Kartografis



Menurut Mas Sukoco (1997), peta dalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi dan umumnya digambar pada suatu bidang datar dengan pengecilan (diskalakan). Menurut Mutiara (2004) suatu peta harus dapat memenuhi ketentuan geometrik sebagai berikut :

1. Jarak antara titik yang terletak di atas peta harus sesuai dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)
2. Luas permukaan yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)
3. Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi
4. Bentuk yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)

Pada daerah yang relatif kecil (30 km x 30 km) permukaan bumi diasumsikan sebagai bidang datar, sehingga pemetaan daerah tersebut dapat dilakukan tanpa proyeksi peta dan tetap memenuhi semua persyaratan geometrik. Namun karena permukaan bumi secara keseluruhan merupakan permukaan yang melengkung, maka pemetaan pada bidang datar tidak dapat dilakukan dengan sempurna tanpa terjadi perubahan (distorsi) dari bentuk yang sebenarnya sehingga tidak semua persyaratan geometrik peta yang ‘ideal’ dapat dipenuhi (Mutiara, 2004). Dalam hal ini volume elipsoid sama dengan volume bola. Bidang bola inilah yang nantinya akan diambil sebagai bentuk matematis dari permukaan bumi untuk mempermudah dalam perhitungan (Prihandito, 1988).

Proyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi fisis bisa digambarkan diatas bidang datar (peta). Karena permukaan bumi tidak teratur maka akan sulit untuk melakukan perhitungan-perhitungan langsung dari pengukuran. Untuk itu diperlukan pendekatan secara matematis (model) dari bumi fisis tersebut. Model matematis bumi yang digunakan adalah ellipsoid putaran dengan besaran-besaran tertentu. (Mutiara, 2004)

Menurut Wongsotjitro (1982), pemilihan proyeksi peta perlu memperhatikan:
1. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peta berhubung dengan penggunaan peta
2. Besar dan bentuk daerah di atas permukaan bumi yang akan dibuat petanya
3. Letak daerah itu di atas permukaan bumi

Secara garis besar, klasifiksai proyeksi peta dapat digolongkan menurut pertimbangan yang dilakukan (Prihandito, 1988).

A. Pertimbangan Ekstrisik

1. Berdasarkan bidang proyeksinya

a. Proyeksi Zenithal/Azimuthal, bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub, equator atau sembarang tempat. Pada proyeksi ini dibedakan lagi atas titik sumber dari pusat bumi :

· Gnomonis, arah sinar dari pusat bumi.
· Stereografis, arah sinar dari kutub yang berlawanan dengan titik singgung proyeksi.
· Orthografis, arah sinar dari titik jauh tak terhingga.

b. Proyeksi Cylindrical (silinder), parallel merupakan garis lurus horizontal dan semua meridian berupa garis-garis lurus vertikal.

c. Proyeksi Conic (kerucut), proyeksi kerucut yang normal mempunyai parallel yang melingkar dan meridian berupa garis lurus yang radial (baik terutama untuk negara-negara di lintang tengah).

 
Sumber:http://earth.rice.edu/mtpe/geo/geosphere/topics/projections.jpg



2. Ditinjau dari persinggungannya:

a. Tangensial, apabila bola bumi bersinggungan dengan bidang proyeksi.
b. Secansial, apabila bola bumi berpotongan dengan bidang proyeksi.
c. Polysuperficial, terdiri dari banyak bidang proyeksi, misalnya suatu seri dari kerucut.

3. Ditinjau dari garis karakteristik/kedudukan sumbu simetri:
a. Proyeksi Normal, sumbu simetri berimpit dengan sumbu bumi.
b. Proyeksi Transversal, sumbu simetri tegak lurus dengan sumbu bumi atau terletak pada bidang ekuator.
c. Proyeksi Miring (Oblique), sumbu simetri membentuk sudut terhadap sumbu bumi.

  

Sumber: Mutiara (2004)



B. Pertimbangan Intrisik

1. Berdasarkan kesalahan sifat yang diperlihatkan:

a. Proyeksi Equivalent, luas daerah yang dipertahankan.
b. Proyeksi Conform, bentuk pada peta yang dipertahankan.
c. Proyeksi Equidistan, jarak pada peta yang dipertahankan.

2. Ditinjau dari generasinya:

a. Geometris, proyeksi perspektif atau sentral.
b. Matematis, tidak dilakukan proyeksi, semuanya diperoleh dengan perhitungan matematis.
c. Semi geometris, sebagian peta diproyeksikan secara geometris dan sebagian titik-titik diperoleh degan perhitungan matematis.





DAFTAR PUSTAKA


Earth Rice. Projections. http://earth.rice.edu/mtpe/geo/geosphere/topics/projections.jpg (diakses tanggal 20 Mei 2013, pukul 22.48 WIB)

Mutiara, I. 2004. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Teknis Pengukuran Dan Pemetaan Kota. Surabaya: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Prihandito, Aryono. 1988. Proyeksi Peta. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius.

Sukwardjono dan Mas Sukoco. 1997. Kartografi Dasar. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Susilo, Bowo. 2005. Petunjuk Praktikum Proyeksi Peta. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Wongsotjitro, Soetomo. 1982. Ilmu Proyeksi Peta. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius.

3 comments:

  1. Mba Erika yang baik, saya sedang mencari literature ttng proyeksi peta
    bias di share literature sbb : Terima kasih sebelumnya.

    Susilo, Bowo. 2005. Petunjuk Praktikum Proyeksi Peta. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

    Wongsotjitro, Soetomo. 1982. Ilmu Proyeksi Peta. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius.
    Prihandito, Aryono. 1988. Proyeksi Peta. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mohon maaf mas arif sebelumnya, kami hanya memiliki referensi dalam bentuk hardcopy dan untuk softcopy kami belum memilikinya.

      Delete
  2. email saya mailsm83@gmail.com. Terima Kasih

    ReplyDelete