Toponimi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata cara pemberian nama maupun penulisan nama-nama unsur geografis yang ada dalam peta. Nama-nama yang diberikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembacaan peta yaitu sebagai identifikasi unsur-unsur geografis agar mudah diketahui oleh para pembaca peta. Penamaan unsur-unsur geografis harus sesuai kaidah atau aturan-aturan tertentu agar suatu peta mudah dibaca dan tidak membingungkan bagi pembaca peta.
Ada sembilan aturan yang harus dipenuhi dalam pemberian nama-nama geografis dalam peta, yaitu:
1. Nama unsur geografis yang terdiri dari generic name dan spesific name ditulis terpisah, contohnya: Gunung Merapi, Selat Sunda
2. Nama kota yang terdiri dari generic name dan spesific name ditulis dalam satu kata, contohnya: Ujungpandang, Muarajambi
3. Nama spesifik yang ditambah kata sifat ayau penunjuk arah ditulis terpisah, contohnya: Jawa Timur, Kebayoran Lama
4. Nama spesifik yang merupakan pengulangan ditulis dalam satu kata, contohnya: Bagansiapiapi
5. Nama spesifik yang ada unsur penomoran ditulis dengan huruf, contohnya: Depok Satu, Depok Dua
6. Nama spesifik yang terdiri dari dua kata benda ditulis dalam satu kata, contohnya: Pagaralam
7. Nama spesifik yang terdiri dari kata benda diikuti unsur geografis ditulis dalam satu kata, contohnya: Pagargunung, Kayulaut
8. Nama spesifik yang terdiri dari tiga kata ditulis dalam satu kata, contohnya: Muarabatangangkola
9. Tidak boleh memberi nama dengan empat kata, contohnya: Gunungmanaonunterudang
Tata letak suatu peta atau yang disebut layout harus seimbang antara muka peta dan informasinya. Informasi tepi pada suatu peta tidak boleh terlalu mendominasi bahkan menutupi muka peta. Layout suatu peta harus dirancang agar mempermudah pembacaan peta dan juga memenuhi unsur keindahan tampilan suatu peta.
Ada sembilan aturan yang harus dipenuhi dalam pemberian nama-nama geografis dalam peta, yaitu:
1. Nama unsur geografis yang terdiri dari generic name dan spesific name ditulis terpisah, contohnya: Gunung Merapi, Selat Sunda
2. Nama kota yang terdiri dari generic name dan spesific name ditulis dalam satu kata, contohnya: Ujungpandang, Muarajambi
3. Nama spesifik yang ditambah kata sifat ayau penunjuk arah ditulis terpisah, contohnya: Jawa Timur, Kebayoran Lama
4. Nama spesifik yang merupakan pengulangan ditulis dalam satu kata, contohnya: Bagansiapiapi
5. Nama spesifik yang ada unsur penomoran ditulis dengan huruf, contohnya: Depok Satu, Depok Dua
6. Nama spesifik yang terdiri dari dua kata benda ditulis dalam satu kata, contohnya: Pagaralam
7. Nama spesifik yang terdiri dari kata benda diikuti unsur geografis ditulis dalam satu kata, contohnya: Pagargunung, Kayulaut
8. Nama spesifik yang terdiri dari tiga kata ditulis dalam satu kata, contohnya: Muarabatangangkola
9. Tidak boleh memberi nama dengan empat kata, contohnya: Gunungmanaonunterudang
Tata letak suatu peta atau yang disebut layout harus seimbang antara muka peta dan informasinya. Informasi tepi pada suatu peta tidak boleh terlalu mendominasi bahkan menutupi muka peta. Layout suatu peta harus dirancang agar mempermudah pembacaan peta dan juga memenuhi unsur keindahan tampilan suatu peta.
No comments:
Post a Comment