Wednesday 26 June 2013

Variabel Visual

Variable visual merupakan suatu variable yang digunakan untuk membedakan suatu unsur yang diwakili pada setiap simbol, atau variasi untuk menampilkan informasi secara grafis.

1. Ukuran
Ukuran adalah variabel yang dapat digunakan untuk mempresentasikan data kuantitatif dengan ukuran simbol yang mempresentasikan nilai. Perbedaam ukuran dapat ditampilkan dengan menggunakan hubungan linearitas.

Contoh:




2. Bentuk
Variabel visual bentuk dapat digunakan untuk menggambarkan data nominal, umumnya berupa data titik. Bentuk dapat berupa simbol abstrak maupun piktorial. Bentuk abstrak merupakan bentuk yang tidak berhubungan dengan objek yang diwakilinya. Bentuk piktorial merupakan bentuk yang berhubungan denga objek yang diwakili. Penggunaan simbol abstrak mengharuskan pembaca mengulang pembacaan legenda.

Contoh: 




3. Warna
Suatu warna mewakili objek yang berbeda-beda. Perubahan warna tidak selalu bertingkat atau bergradasi. Perubahan warna tidak diikuti dengan perubahan nilai atau value.

Contoh:












4. Nilai
Variabel visual ini sangat terkait dengan tiga atribut warna yaitu brightness/value, hue dan saturation. Value adalah jumlah sinar yang dipantulkan oleh suatu warna. Hue adalah panjang gelombang satu warna. Saturation adalah derajat intensitas warna dalam sebuah gambar. Variabel visual nilai sering digunakan untuk data ordinal dan beberapa data kuantitatif.

Contoh:




5. Orientasi
Variabel visual ini sangat cocok digunakan untuk satuan vektor seperti angin, gaya gravitasi, dan medan magnet. Terdapat delapan orientasi yang dapat dikenali dengan mudah yaitu delapan arah mata angin. Biasanya variabel visual ini menggambarkan data kuantitatif yang bersifat siklis.

Contoh:




6. Tekstur
Variabel visual tekstur merupakan variabel visual yang kompleks dengan mengkombinasikan antara ukuran, nilai, bentuk dan orientasi. Tekstur dapat digunakan untuk merepresentasikan data nominal dan ordinal.

Contoh:



7. Posisi

Posisi sebagai variabel visual secara mudah berefensi pada dimensi x,y .menunjukan posisinya/lokasi di peta. Posisi merupakan variabel visual yang selalu digunakan dikombinasikan dengan satu atau lebih.





Tingkatan Ukuran Data

Data menurut sifatnya

1. Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang mengutamakan kualitas atau jenis datanya. Biasanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau verbal bukan dalam bentuk angka. Jika dinyatakan dalam bentuk angka, angka tersebut tidak memiliki nilai kuantitas.

2. Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data menonjolkan kuantitas atau jumlah data. Biasanya dinyatakan dengan angka.

Data menurut ukurannya

1. Nominal
Data nominal adalah data yang tidak mempunyai tingkatan, sehingga setiap unsur derajatnya sama. Tidak ada yang mempunyai tingkat yang lebih tinggi dari unsur yang lain. Unsur ini biasanya dikenal dengan namanya saja yang bersifat kualitatif. Atribut angka yang diberikan tidak menunjukkan bahwa tingkat suatu unsur lebih tinggi dari unsur yang lain. Angka-angka tersebut jika ditambahkan tidak memberi arti apa-apa. Contohnya perpustakaan, masjid, lakilaki, perempuan, sekolah, gereja, atau pasar.

2. Ordinal
Data ordinal adalah data yang telah memiliki tingkatan. Terdapat suatu unsur yang memiliki derajat lebih tinggi dari yang lainnya serta sebaliknya. Sehingga suatu data dapat diurutkan dari tinggi ke rendah atau sebaliknya. Cara penggambarannya dengan satu warna tetapi gradasi, tidak terdapat nilai kuantitatif. Dapat juga dengan bentuk yang ukurannya bertingkat besar dan kecil. Misalnya besar, agak besar, kecil.

3. Interval
Data interval merupakan data kuantitatif yang tidak memiliki nilai nol yang mutlak. Nilai nol dapat berubah-ubah tergantung satuan yang digunakan atau sifat suatu data. Nilai nol bukan berarti tidak ada nilainya. Data ini memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data interval. Contohnya seperti suhu. 

4. Rasio
Data rasio adalah data kuantitatif yang memiliki nilai 0 mutlak. Ukuran dari unsur yang tidak hanya dengan aturan tertentu tetapi juga dibagi atas kelas-kelas tertentu dengan harga yang sebenarnya. Oleh karena ada titik nol, maka data rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada data rasio dapat menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur. Misalnya uang, panjang objek, atau berat objek.


Data menurut dimensinya

1. Titik
Data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif dapat disimbolkan dengan simbol dimensi nol yaitu simbol titik.

2. Garis
Data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif dapat disimbolkan dengan simbol garis.

3. Area
Data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif dapat disimbolkan dengan simbol area.

Sistem Proyeksi Peta Kartografis



Menurut Mas Sukoco (1997), peta dalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi dan umumnya digambar pada suatu bidang datar dengan pengecilan (diskalakan). Menurut Mutiara (2004) suatu peta harus dapat memenuhi ketentuan geometrik sebagai berikut :

1. Jarak antara titik yang terletak di atas peta harus sesuai dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)
2. Luas permukaan yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)
3. Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi
4. Bentuk yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)

Pada daerah yang relatif kecil (30 km x 30 km) permukaan bumi diasumsikan sebagai bidang datar, sehingga pemetaan daerah tersebut dapat dilakukan tanpa proyeksi peta dan tetap memenuhi semua persyaratan geometrik. Namun karena permukaan bumi secara keseluruhan merupakan permukaan yang melengkung, maka pemetaan pada bidang datar tidak dapat dilakukan dengan sempurna tanpa terjadi perubahan (distorsi) dari bentuk yang sebenarnya sehingga tidak semua persyaratan geometrik peta yang ‘ideal’ dapat dipenuhi (Mutiara, 2004). Dalam hal ini volume elipsoid sama dengan volume bola. Bidang bola inilah yang nantinya akan diambil sebagai bentuk matematis dari permukaan bumi untuk mempermudah dalam perhitungan (Prihandito, 1988).

Proyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi fisis bisa digambarkan diatas bidang datar (peta). Karena permukaan bumi tidak teratur maka akan sulit untuk melakukan perhitungan-perhitungan langsung dari pengukuran. Untuk itu diperlukan pendekatan secara matematis (model) dari bumi fisis tersebut. Model matematis bumi yang digunakan adalah ellipsoid putaran dengan besaran-besaran tertentu. (Mutiara, 2004)

Menurut Wongsotjitro (1982), pemilihan proyeksi peta perlu memperhatikan:
1. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peta berhubung dengan penggunaan peta
2. Besar dan bentuk daerah di atas permukaan bumi yang akan dibuat petanya
3. Letak daerah itu di atas permukaan bumi

Secara garis besar, klasifiksai proyeksi peta dapat digolongkan menurut pertimbangan yang dilakukan (Prihandito, 1988).

A. Pertimbangan Ekstrisik

1. Berdasarkan bidang proyeksinya

a. Proyeksi Zenithal/Azimuthal, bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub, equator atau sembarang tempat. Pada proyeksi ini dibedakan lagi atas titik sumber dari pusat bumi :

· Gnomonis, arah sinar dari pusat bumi.
· Stereografis, arah sinar dari kutub yang berlawanan dengan titik singgung proyeksi.
· Orthografis, arah sinar dari titik jauh tak terhingga.

b. Proyeksi Cylindrical (silinder), parallel merupakan garis lurus horizontal dan semua meridian berupa garis-garis lurus vertikal.

c. Proyeksi Conic (kerucut), proyeksi kerucut yang normal mempunyai parallel yang melingkar dan meridian berupa garis lurus yang radial (baik terutama untuk negara-negara di lintang tengah).

 
Sumber:http://earth.rice.edu/mtpe/geo/geosphere/topics/projections.jpg



2. Ditinjau dari persinggungannya:

a. Tangensial, apabila bola bumi bersinggungan dengan bidang proyeksi.
b. Secansial, apabila bola bumi berpotongan dengan bidang proyeksi.
c. Polysuperficial, terdiri dari banyak bidang proyeksi, misalnya suatu seri dari kerucut.

3. Ditinjau dari garis karakteristik/kedudukan sumbu simetri:
a. Proyeksi Normal, sumbu simetri berimpit dengan sumbu bumi.
b. Proyeksi Transversal, sumbu simetri tegak lurus dengan sumbu bumi atau terletak pada bidang ekuator.
c. Proyeksi Miring (Oblique), sumbu simetri membentuk sudut terhadap sumbu bumi.

  

Sumber: Mutiara (2004)



B. Pertimbangan Intrisik

1. Berdasarkan kesalahan sifat yang diperlihatkan:

a. Proyeksi Equivalent, luas daerah yang dipertahankan.
b. Proyeksi Conform, bentuk pada peta yang dipertahankan.
c. Proyeksi Equidistan, jarak pada peta yang dipertahankan.

2. Ditinjau dari generasinya:

a. Geometris, proyeksi perspektif atau sentral.
b. Matematis, tidak dilakukan proyeksi, semuanya diperoleh dengan perhitungan matematis.
c. Semi geometris, sebagian peta diproyeksikan secara geometris dan sebagian titik-titik diperoleh degan perhitungan matematis.





DAFTAR PUSTAKA


Earth Rice. Projections. http://earth.rice.edu/mtpe/geo/geosphere/topics/projections.jpg (diakses tanggal 20 Mei 2013, pukul 22.48 WIB)

Mutiara, I. 2004. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Teknis Pengukuran Dan Pemetaan Kota. Surabaya: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Prihandito, Aryono. 1988. Proyeksi Peta. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius.

Sukwardjono dan Mas Sukoco. 1997. Kartografi Dasar. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Susilo, Bowo. 2005. Petunjuk Praktikum Proyeksi Peta. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Wongsotjitro, Soetomo. 1982. Ilmu Proyeksi Peta. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius.

Toponimi Peta

Toponimi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata cara pemberian nama maupun penulisan nama-nama unsur geografis yang ada dalam peta. Nama-nama yang diberikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembacaan peta yaitu sebagai identifikasi unsur-unsur geografis agar mudah diketahui oleh para pembaca peta. Penamaan unsur-unsur geografis harus sesuai kaidah atau aturan-aturan tertentu agar suatu peta mudah dibaca dan tidak membingungkan bagi pembaca peta.

Ada sembilan aturan yang harus dipenuhi dalam pemberian nama-nama geografis dalam peta, yaitu:
1. Nama unsur geografis yang terdiri dari generic name dan spesific name ditulis terpisah, contohnya: Gunung Merapi, Selat Sunda
2. Nama kota yang terdiri dari generic name dan spesific name ditulis dalam satu kata, contohnya: Ujungpandang, Muarajambi
3. Nama spesifik yang ditambah kata sifat ayau penunjuk arah ditulis terpisah, contohnya: Jawa Timur, Kebayoran Lama
4. Nama spesifik yang merupakan pengulangan ditulis dalam satu kata, contohnya: Bagansiapiapi
5. Nama spesifik yang ada unsur penomoran ditulis dengan huruf, contohnya: Depok Satu, Depok Dua
6. Nama spesifik yang terdiri dari dua kata benda ditulis dalam satu kata, contohnya: Pagaralam
7. Nama spesifik yang terdiri dari kata benda diikuti unsur geografis ditulis dalam satu kata, contohnya: Pagargunung, Kayulaut
8. Nama spesifik yang terdiri dari tiga kata ditulis dalam satu kata, contohnya: Muarabatangangkola
9. Tidak boleh memberi nama dengan empat kata, contohnya: Gunungmanaonunterudang

Tata letak suatu peta atau yang disebut layout harus seimbang antara muka peta dan informasinya. Informasi tepi pada suatu peta tidak boleh terlalu mendominasi bahkan menutupi muka peta. Layout suatu peta harus dirancang agar mempermudah pembacaan peta dan juga memenuhi unsur keindahan tampilan suatu peta.

Representasi Relief dan Penampang Melintang

Representasi Relief

Relief diartikan kenampakan nyata dari permukaan bumi, yaitu perbedaan-perbedaan dalam ketinggian dan kemiringan permukaan bumi. Relief dipresentasikan dengan menghubungkan titik-titik di permuakaan bumi yang memiliki ketinggian yang sama dengan satu garis yang disebut dengan garis kontur, dikenal dengan metode contouring.

Garis kontur merupakan cara yang paling banyak dilakukan untuk menggambarkan permukaan dan ketinggian pada peta karena memberikan ketelitian yang baik. Dapat juga menggambarkan relief bumi pada peta dengan hill shading, layer shading dan blok diagram. Tetapi ketiga cara tersebut pada dasarnya juga menggunakan garis kontur.

Pembuatan garis kontur dilakukan dengan cara interpolasi titik-titik hasil pengukuran di lapangan. Tidak dimungkinkan untuk mengetahui ketinggian semua titik dengan mengukur ketinggian semua titik itu. Menurut Hidayati N Iswari interpolasi itu dibagi menjadi dua yaitu:
1. Interpolasi linier yaitu interpolasi garis kontur menggunakan perhitungan pada garis
2. Interpolasi grafis yaitu membagi garis menggunakan garis lain yang ukurannya lebih mudah lalu digaris dengan prinsip garis sejajar untuk mendapatkan ukuran yang sebanding

Kegunaan dari garis kontur yaitu:
1. Menunjukkan bentuk relief
2. Mengetahui bentuk lereng
3. Mengetahui besar kemiringan lereng

Sifat yang dimiliki garis kontur yaitu:
1. Semakin rapat garis kontur semakin terjal kemiringan lereng dan semakin renggang garis kontur semakin landai bentuk kemiringan lereng
2. Garis kontur selalu berkesinambungan atau kontinyu
3. Tidak ada garis kontur yang berpotongan satu sama lain
4. Tidak ada garis kontur yang bercabang
5. Garis kontur bersifat horizontal
6. Garis kontur selalu membelok-belok
7. Garis kontur merupakan garis yang tertutup
8. Garis kontur selalu tegak lurus dengan aliran di permukaan

Selain dengan garis kontur representasi relief dapat menggunakan hill shading, layer shading dan blok diagram. Cara hill shading yaitu dengan memberi bayang-bayang pada garis kontur dengan satu arah penyinaran. Sedangkan cara layer shading yaitu dengan memberi warna dengan gradasi warna berdasarkan ketinggiannya. Kesan tiga dimensi pada peta dibuat dengan blok diagram.
· 

Penampang Melintang

“Profil (pro dan filare yang berarti menarik garis ke depan) adalah bentuk kenampakan topografi suatu lereng apabila dipotong secara vertikal atau gambaran penampang suatu daerah dilihat dari samping, Selanjutnya besarnya kemiringan lereng dapat ditentukan berdasarkan perbandingan antara beda tinggi dengan jarak datar dari dari dua buah titik atau tempat, dan penyajian besarnya kemiringan tersebut dapat berupa derajat, meter per kilometer, pecahan, miles, persen dan desimal.” (Iswari N. Hidayati:2011)


DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Iswari Nur, 2011, Petunjuk Praktikum Kartografi Dasar(GKP 0101), Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Spesifikasi Beberapa Citra Satelit

RESOLUSI TINGGI

1. SATELIT IKONOS 
Informasi peluncuran
  • Organisasi : GeoEye 
  • Tanggal Peluncuran : 24 September 1999 
  • Peluncuran Kendaraan : LM900
  • Peluncuran Situs/Lokasi : Vandenberg Air Force Base, California, USA
Petak Area Ukuran Lebar dan Luas  
  • Petak : 11 km x 11 km (single scene)
Orbit
  • Orbit : 98.1 derajat, sun synchronous 
  • Kecepatan pada Orbit : 7.5 km/detik 
  • Kecepatan diatas bumi : 6.8 km/detik 
  • Kecepatan mengelilingi Bumi : 14.7 kali tiap 24 jam 
  • Ketinggian : 681 kilometer
  • Masa Operasi : 7 tahun lebih
Resolusi
  • Resolusi spasialnya 1.5 meter 
  • Resolusi temporalnya yaitu 3 hari 
  • Dynamic Range (resolusi radiometrik): 11-bit per pixel 
  • Resolusi pada Nadir (resolusi spektral) : 0,82 meter (panchromatic) 3,2 meter (multispectral) 
  • Resolusi 26° Off-Nadir (resolusi spektral): 1,0 meter (panchromatic) 4,0 meter (multispectral) 
  • Cakupan Citra : 11,3 kilometer pada nadir, 13,8 kilometer pada 26° off-nadir 
  • Waktu Melintas Ekuator : Nominal 10:30 AM waktu matahari 
  • Waktu Lintas Ulang : Sekitar 3 hari pada 40 ° garis lintang
  • Saluran Citra : Panchromatic, blue, green, red, near IR


2. SATELIT QUICKBIRD  
  • Tanggal Peluncuran 24 September 1999 at Vandenberg Air Force Base, California,USA 
  • Pesawat Peluncur: Boeing Delta II 
  • Masa Operasi: 7 tahun lebih 
  • Orbit: 97.2°, sun synchronous 
  • Kecepatan pada Orbit: 7.1 Km/detik (25,560 Km/jam) 
  • Kecepatan diatas bumi: 6.8 km/detik 
  • Akurasi : 23 meter horizontal (CE90%) 
  • Ketinggian: 450 kilometer 
  • Resolusi spasial : 0.61 meter 
  • Resolusi temporal : 3-7 hari. 
  • Resolusi Pankromatik : 61 cm (nadir) to 72 cm (25° off-nadir) 
  • Resolusi Multi Spektral: 2.44 m (nadir) to 2.88 m (25° off-nadir)) 
  • Cakupan Citra: 16.5 Km x 16.5 Km at nadir
  • Waktu Melintas Ekuato: 10:30 AM (descending node) solar time 
  • Waktu Lintas Ulang: 1-3.5 days, tergantung latitude (30° off-nadir) 
  • Saluran Citra:
    1. Pan: 450-900 nm 
    2. Blue: 450-520 nm 
    3. Green: 520-600 nm
    4. Red: 630-690 nm 
    5. Near IR: 760-900 nm


RESOLUSI MENENGAH 

1.  SATELIT SPOT-5  


  • Tanggal peluncuran : 3 Mei 2002
  • Launch vehicle : Ariane 4 
  • Lokasi peluncuran : Guina Space Centre, Kuorou, French Guyana 
  • Ketinggian orbit : 822 km 
  • Inklinasi orbit : 88,70, sun-synchronous 
  • Kecepatan : 7,4 km/detik – 26, 640 km/jam 
  • Equator Crossing Time : 10:30 a.m (descending node) 
  • Waktu orbit : 101:4 minutes 
  • Revisit time : 2 – 3 days tergantung pada latitude 
  • Satelit SPOT resolusi temporalnya yaitu 26 hari 
  • Citra SPOT resolusi spasialnya 10 dan 20 meter 
  • Swath Width : 60 km x 60 km to 80 km pada nadir 
  • Metric accuracy : <50-m horizontal position accuracy (CE 90%) 
  • Digitazation : 8 bits 
  • Resolusi : Pan :
    1. 2,5 m from 2 x 5m scenes 
    2. 5 m (nadir) 
    3. 10 m (nadir) 
    4. 20 m (nadir) 
  • Band :
    1. Pan : 480-710 nm 
    2. Green : 500 – 590 nm 
    3. Red : 610 – 680 nm 
    4. Near IR : 780 – 890 nm
    5. Shortwave IR : 1.580 – 1750 nm 

 2. SATELIT LANDSAT-7 ETM+ 
  • Karakteristik Sensor Satelit Landsat
  • Tanggal Peluncuran : 24 September 1999 di Vandenberg Air Force Base, California, USA 
  • Orbit : 705 +/- 5 km (at the equator) sun-synchronous
  • Inklinasi Orbit : 98.2 +/- 0.15 
  • Periode Orbit : 98.9 minutes
  • Ketinggian : 681 kilometer 
  • Resolusi pada Nadir : 30x30 meter (TM), 120 m x 120 m pixel (far-infrared band/band 7) 
  • Cakupan Citra : 185 km (115 miles) 
  • Waktu Melintas Ekuator : 10:30 AM solar time
  • Waktu Lintas Ulang : 16 days (233 orbits) 
  • Saluran Citra : Panchromatic, blue, green, red, near IR, middle IR, far IR, Thermal IR


RESOLUSI RENDAH

 1. SATELIT NOAA 
  • Dimensi Tinggi : 165 in (4,19m)
  • Diameter : 74 in (1,88m) 
  • Solar array area : 180,6 ft² (16,8 m²) 
  • Berat: 4920 lbs (2231,7 kg) 
  • Daya (Hidup atau Mati): 879,9 W 
  • Di Desain Sampai > 2 tahun 
  • Orbit Ketinggian: 870 km
  • Kemiringan: 98,856˚ 
  •  Waktu Matahari Lokal : 13:40
  • Resolusi spatial : 3300 m (Global Area Coverage), 1100 m (Local Area Coverage)
  • Resolusi temporal : daily
  • Berat Peralatan : 982,5 lbs (445,6 kg) 
  • Daya Peralatan : 450 W 
  • Rata-rata Waktu Matahari ketika Melewati Ekuator : Sekitar 14:00
  • Rata-rata Ketinggian : 870 km 

2. SATELIT TERRRA 

  • Sistem TERRA
  • Orbit : 705 km, 98.2o, sun-synchronous, 10:30 AM crossing, rotasi 16 hari (repeat cycle) 
  • Sensor : ASTER 
  • Swath Width : 60 km 
  • Off-track viewing Tersedia: ± 8.5o SWIR dan ± 24o VWIR 
  • Revisit Time: 5 hari 
  • Band-band Spektral (µm) : VNIR 0, 056 (1), 0.66 (2), 0.81(3) SWIR 0.1.65(1), 2.17 (2), 2.21 (3), 2.26 (4), 2.33 (5), 2.40(6). TIR 8.3 (1), 8.65 (2), 9.10 (3), 10.6(4), 11.3(5) 
  • Resolusi temporal : 4 hari sekali 
  • Ukuran Piksel Lapangan (Resolusi spasial): 15 (VNIR), 30 m (SWIR), 90 m(TIR)
  • Arsip data: Terra.nasa.gov