Wednesday 15 January 2014

CHAIN SURVEYING DAN COMPASS SURVEYING

Pemetaan planimetrik sederhana dengan menggunakan pita ukur adalah pemetaan suatu daerah yang relative sempit, hanya beberapa ratus sampai beberapa ribu meter persegi menggunakan alat ukur jarak langsung (pita ukur) dengan mengabaikan unsur ketinggian. Pemetaan cara ini juga dikenal dengan pemetaan blok atau block meeting, dengan skala besar atau sangat besar (Basuki, 2006). Pengukuran ilmu ukur tanah memiliki beberapa metode. Metode tersebut adalah compass surveying dan chain surveying. Masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing.

Chain surveying adalah metode pengukuran yang kuno dan digunakan untuk areal yang sempit, datar dan mudah. Metode ini lebih praktis dan efisien. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam metode chain surveying adalah:

1. Penentuan batas areal yang akan diukur
2. Pemilihan satu atau lebih garis ukur yang akan digunakan sebagai patokan pengukuran terhadap titik-titik yang lain, Pemilihan garis ukur harus dapat mempermudah pengukuran
3. Garis ukur dibuat sedekat mungkin dengan objek sehingga offset yang dibuat minim
4. Pembuatan sket sebelum pengukuran akan mempermudah pengukuran
 
Offset merupakan garis bantu yang dibuat dari titik kenampakan pada tepi areal ukur tegak lurus terhadap garis ukur. Offset dibuat dengan cara:
1. Memperkirakan dengan mata tentang garis tegak lurus yang dibuat dengan pita ukur
2. Memutar pegas ukur pada offset sehingga mencapai jarak yang terpendek
3. Menggunakan prinsip pythagoras perbandingan 3:4:5
4. Menggunakan alat optikal square (kaca sudut)
5. Menggunakan penngaris segitiga

Compass surveying ini berbeda dengan chain surveying. Jika dua buah garis ukur diperlukan dalam chain surveying untuk memasukkan informasi ke dalam peta, maka dalam compass surveying garis segitiga untuk membentuk segitiga harus diukur, akan tetapi jika magnetik bearing telah diketahui, tanpa garis ukur yang lain kedua garis tersebut sudah dapat tergambar. Kompas transversing merupakan kerangka peta dari pemetaan yang akan dibuat. Kompas transversing ini dibedakan menjadi kompas transversing terbuka dan tertutup. Nilai sudut dalam dan sudut luar serta jarak mendatar antara titik-titik polygon diperoleh atau diukur di lapangan dengan alat ukur yang memiliki ketelitian tinggi. Keuntungan menggunakan metode compass survey ini yaitu alat yang digunakan ringan dan mudah dibawa, pengukurannya lebih cepat, dan setiap bearing tidak terganggu pengukuran sebelumnya. Kelemahan metode ini yaitu pembacaan tidak teliti dan adanya pengaruh medan magnet setempat atau local attraction. Local attraction dapat dihilangkan dengan cara koreksi yang sama dilakukan di setiap stasiun pengukuran berikutnya dan dengan mengoreksi pembacaan pulang dan pembacaan pergi berselisih 180°.



DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Sudaryatno. 2009. Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

No comments:

Post a Comment