Friday 19 April 2013

Rencana Mati

Jumat, 19 April 2013, hari terakhir UTS semester 2, ditutup dengan ujian matakuliah yang, ah, seharusnya perlu sujud syukur saat keluar ruang ujian. Sudahlah lupakan. Ujian selesai itu artinya praktikum telah menanti dengan laporannya yang ah, sudahlah, tak mau mengeluh. Saat keluar ruang ujian tak seperti biasa, tak ada teman teman yang menunggu di luar ruangan sembari meributkan ujian untuk esok harinya. Saat itu benar benar sepi. Semua orang punya kegiatan dan kepentingan masing masing, begitu pun aku. Rasanya begitu senang melihat mereka begitu bersemangat. Sebuah amanah yang wajib dijalankan, suka atau tidak suka harus mereka lakukan.
Sudah menjadi agenda rutin setiap hari Jumat bertemu dengan orang orang yang aku sebut luar biasa. Sebuah forum yang berisi nilai nilai religius dalam kehidupan. Selalu ada hal positif dan menarik dari setiap perbincangan.
M: Kalian pasti punya kan rencana hidup masa depan?
U,E: Punya dong.
M: Apa coba?
U: Kuliah di luar negeri, kerja gajinya gedhe.
E: Menikah, punya anak
M: Emm, gitu ya, Kalian tau gak apa yang pasti terjadi di dunia ini?
U,E: Mati.
M: Nah, mati. Sudahkah kalian punya rencana untuk sesuatu yang pasti terjadi itu?
U,E: "diem"
M: Nah, untuk sesuatu yang belum pasti saja kita punya rencana, masa untuk sesuatu yang pasti terjadi tidak punya rencana. Ingin mati dalam keadaan seperti apa kalian? Dalam keadaan baik atau buruk. Kita akan mati dalam keadaan seperti apa itu sudah tercermin dalam kebiasaan kita. Jika kita hobi facebookan, ya bisa saja kita mati waktu facebookan. Kalau kita hobi chating, gak mustahil kita mati waktu chatingan. Tinggal kita mau mati dalam keadaan seperti apa.
U: Lha mbak, kita hobinya ngerjain laporan e.
M: Coba kita ambil sisi positifnya ngerjain laporan. Ngerjain laporan itu kan bagian dari menuntut ilmu dan menuntut ilmu itu ibadah. Tinggal bagaimana kita merubah orientasi kita bukan lagi sekedar ngerjain laporan, tapi untuk sebuah ibadah.
U: oh iya ya.
M: Sekarang tinggal bagaimana rencana mati kita. Mau seperti apa cara kematian kalian. Tulislah rencana mati kalian, mau dalam keadaan baik atau buruk, dosa atau ibadah. Bukankah MATI KHUSNUL KHOTIMAH itu lebih indah?

team is job team is team

Ketika kamu mampu menyelesaikan suatu pekerjaan sendiri, ya, kamu menunjukkan bahwa kamu mampu, tapi ketika kamu berada pada sebuah TIM itu nilainya NOL.

Sunday 7 April 2013

PENUTUP LAHAN DAN PENGGUNAAN LAHAN

PUSTAKA PENUTUP LAHAN DAN PENGGUNAAN LAHAN

Pengertian penggunaan lahan mempunyai makna yang berbeda dengan liputan lahan. Istilah liputan lahan (penutup lahan) berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi, sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tersebut.

Pengetahuan tentang penggunaan lahan dan penutup lahanpenting untuk berbagai kegiatan perencanaan dan pengelolahan lahan di permukaan bumi. Menurut Lillesand dan Kiefer (1979), istilah penutup lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi. Contoh vegetasi, lahan kosong, dan lahan terbangun adalah penutup lahan. Istilah penggunaan lahan berkaitan dengan hasil pengolahan manusia yang memanfaatkan suatu lahan untuk tujuan tertentu. Contohnya seperti sawah, gedung perkantoran.

Secara ideal informasi tentang liputan lahan dan penggunaan lahan peta disajikan secara terpisah. Apabila data penginderaan jauh yang digunakan untuk sumber data utama dalam pemetaannya maka akan lebih efisien menggabung kedua informasi tersebut (Lillesand dan Kiefer, (1979) dalam Suharyadi, (2001)).

Informasi tentang liputan lahan pada umumnya dapat dikenali dengan mudah pada citra penginderaan jauh. Informasi tentang penggunaan lahan tidak selalu dapat ditafsir secara langsung. Penafsiran penggunaan lahan hanya dapat dilakukan dengan informasi penafsiran penutup lahannya.

Manfaat peta penggunaan lahan secara umum menurut Rhind (1980) dalam Suharyadi (2001), adalah:

1. Mengetahui jenis pemanfaatan lahan pada suatu bu=idang lahan tertentu
2. Mengetahui kecenderungan perkembangan
3. Sebagai masukan dalam pemodelan evaluasi dan atau perencanaan pemanfaatan lahan
4. Mengkaji hubungan antara kenampakan fisik lahan dengan kondisi sosial


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (xxxx). Petunjuk Praktikum Penginderaan Jauh Dasar. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Lillesand, Thomas M; Ralph W Kiefer. 1979. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Trans. Dulbahri, dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suharyadi. 2001. Penginderaan Jauh untuk Studi Kota. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Jenis-jenis Citra

PUSTAKA PENGENALAN JENIS-JENIS CITRA

Menurut Sutanto, 1994, di dalam penginderaan jauh, sensor merekam tenaga yang dipantulkan atau dipancarkan oleh obyek di permukaan bumi. Rekaman tenaga ini setelah dipeoses membuahkan data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh dapat berupa data data digital dan data analog. Data digital atau data numerik adalah data penginderaan jauh berupa angka yang menunjukkan kecerahan atau tingkat keabuan. Data analog adalah data penginderaan jauh yang terekam dalam bentuk gambar. Data ini dibedakan atas data citra dan non citra. Data citra berupa gambaran yang mirip wujud aslinya dan data noncitra umumnya berupa garis atau grafik.

Citra dibedakan lagi menjadi citra foto dan citra nonfoto. Perbedaan dari citra foto dan citra nonfoto dapat dilihat dalam tabel 3.1

Variabel PembedaCitra FotoCitra Nonfoto
SensorKameraNonkamera, mendasarkan atas penyiaman(scanning)
Kamera yang detektornya bukan film
DetektorFilmPita magnetik, termistor, foto konduktif, foto foltaik dll.
Proses perekamanFotografi/kimiawiElektronik
Mekanisme perekamanSerentakParsial
Spektrum elektromagnetikSpektrum tampak dan perluasannyaSpektral tampak dan perluasannya, temal dan gelombang mikro
Tabel 3.1

Menurut Sutanto, 1995, di dalam penginderaan jauh dikenal adanya empat istilah resolusi dengan arti berbeda-beda, yaitu:
1. Resolusi spasial
Resolusi spasial dapat diartikan sebagai kualitas lensa yang dinyatakan dengan jumlah maksimum garis pada tiap milimeter yang masih dapat dipisahkan pada citra
2.  Resolusi medan
Resolusi medan ialah ukuran terkecil objek di medan yang dapat direkam pada data digital maupun citra
3. Resolusi spektral
Resolusi spektral menunjukkan kerincian panjang gelombang yang digunakan di dalam perekaman objek
4. Resolusi temporal
Resolusi temporal ialah frekuensi perekaman ulang atas daerah yang sama. Resolusi resolusi tersebut yang menjadi pembeda suatu citra dengan citra lainnya. Setiap citra diciptakan untuk kegunaan tertentu.

Citra foto dapat dibedakan atas beberapa dasar, yaitu:
1. Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan 
a. Foto ultraviolet, yaitu foto yang digunakan menggunakan spektrum ultraviolet
b. Foto ortokromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4μm-0,56μm)
c. Foto pankromatik, yaitu foto yang dibuat dengan seluruh spektrum tampak
d. Foto inframerah asli, yaitu foto yang dibuat menggunakan spektrum inframerah dekat hingga panjang gelombang 0,9μm
2. Berdasarkan sumbu kamera
a. Foto vertikal, yakni foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi
b. Foto condong, yakni foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus terhadap permukaan bumi
3. Berdasarkan sudut liputan kamera
a. Foto vertikal
b. Foto agak condong
c. Foto sangat condong
4. Berdasarkan Jenis kamera
a. Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal
b. Foto jamak, yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama.
5. Berdasarkan warna yang digunakan
a. Foto berwarna semu atau foto inframerah berwarna
b. Foto warna asli, yaitu foto pankromatik berwarna
6. Berdasarkan wahana 
a. Foto udara, yakni foto yang dibuat dari pesawat udara atau dari balon
b. Foto satelit atau foto orbital, yakni foto yang dibuat dari satelit

Citra nonfoto dapat dibedakan atas beberapa dasar, yaitu:
1. Berdasarkan spektrum elektromagnetik
a. Citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat menggunakan spektrum inframerah termal
b. Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat menggunakan spektrum gelombang mikro
2. Berdarkan sensor yang digunakan
a. Citra tunggal, yaitu citra yang dibuat menggunakan sensor tunggal
b. Citra multispektral, yaitu citra yang dibuat menggunakan saluran jamak
3.  Berdasarkan wahana
a. Citra dirgantara (airbone image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara atau dirgantara
b. Citra satelit (satellit/spaceborn image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau luar angkasa



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (xxxx). Petunjuk Praktikum Penginderaan Jauh Dasar. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

----------. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

----------. 1995. Penginderaan Jauh Dasar. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

PANTULAN SPEKTRAL

PUSTAKA KURVA PANTULAN SPEKTRAL OBJEK

Objek yang terekam pada sebuah citra dapat dikenali berdasarkan ciri-cirinya. Ciri pengenalan citra meliputi ciri spektral, ciri spasial dan ciri temporal. Di antara tiga ciri ini ciri spektral merupakan ciri utama. Menggunakan penginderaan jauh, sebuah objek dapat dikenali berdasarkan pantulan spektralnya. Ciri spektral ini dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

1. Pantulan pada spektrum gelombang pendek
2. Pancaran pada spektrum inframerah termal
3. Pancaran dan pantulan spektrum gelombang mikro

Menurut Sutanto, 1995, di dalam penginderaan jauh dikenal adanya empat istilah resolusi dengan arti berbeda-beda, yaitu:

1. Resolusi spasial
Resolusi spasial dapat diartikan sebagai kualitas lensa yang dinyatakan dengan jumlah maksimum garis pada tiap milimeter yang masih dapat dipisahkan pada citra

2. Resolusi medan
Resolusi medan ialah ukuran terkecil objek di medan yang dapat direkam pada data digital maupun citra

3. Resolusi spektral
Resolusi spektral menunjukkan kerincian panjang gelombang yang digunakan di dalam perekaman objek

4. Resolusi temporal
Resolusi temporal ialah frekuensi perekaman ulang atas daerah yang sama

Energi Elektromagnetik (EM) yang dipancarkan oleh matahari menjadi sumber utama dalam penginderaan jauh pasif. Panjang gelombang dalam penginderaan jauh pasif dibagi menjadi saluran tampak (visible) , inframerah dekat (Near Infrared-NIR), dan inframerah tengah (Middle Infrared-MIR atau Shortwave Infrared-SWIR). Panjang gelombang saluran tampak adalah 0,4-0,7μm , inframerah dekat 0,7-1,5μm , inframerah tengah 1,3-3μm . Ketika mengenai objek, energi elektromagnetik ini akan mengalami pantulan (reflected), diteruskan (transmitted) dan diserap (absorbed). Setiap objek akan memberikan respon spektral yang berbeda kepada setiap EM. Perbedaan respon ini berkaitan dengan kondisi fisik, kimiawi dan biologis objek seperti kelembaban, warna, suhu obyek, kepancaran obyek dan musim perekaman. Besarnya pantulan dari objek bergantung atas jenis objek, panjang gelombang yang digunakan dan kondisi objek. 

Energi elektromagnetik (EM) yang mengenai benda akan mengalami pantulan oleh kekasaran permukaan benda. Pantulan dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Pantulan cermin/sempurna
Terjadi apabila EM mengenai benda rata dan halus seperti air danau, sawah berair tanpa tanaman. Tenaga radar dipantulkan secara sempurna tetapi arahnya menjauhi sensor sehingga tidak ada pantulan balik akibatnya objek tersebut terekan dengan rona gelap.

2. Pantulan sudut
Terjadi apabila EM misalnya mengenai halaman rumah, dipantulkan secara sempurna ke arah tembok, dipantulkan lagi secara sempurna ke arah sensor radar. Oleh karena itu perkotaan tampak cerah pada citra karena adanya pantulan sudut ini.

3. Hamburan
Terjadi apabila EM mengenai objek yang kasar. EM akan dihamburkan atau dipantulkan ke segala arah. Sebagian pantulan akan memantul kembali ke sensor radar sehingga yang terbentuk pada citra berona abu-abu.

4. Hamburan pada permukaan halus
Terjadi apabila EM mengenai objek yang tak sehalus air tenang tetapi tidak bisa dikatakan kasar seperti lapangan rumput yang datar. Terjadi hamburan dan sebagian kecil pantulan mengenai sensor sehingga terbentuk rona kelabu gelap pada citra.

5. Hamburan volume Terjadi apabila EM misalnya pada hutan. EM akan menembus hutan kemudian dipantulkan kembali ke sensor membentuk rona kelabu pada citra.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (xxxx). Petunjuk Praktikum Penginderaan Jauh Dasar. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Sutanto. 1995. Penginderaan Jauh Dasar. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Lillesand, Thomas M; Ralph W Kiefer. 1979. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Trans. Dulbahri, dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

UNSUR INTERPRETASI

PUSTAKA UNSUR INTERPRETASI

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand,1979). Informasi yang diperoleh dapat berupa objek, wilayah maupun fenomena yang terjadi di permukaan bumi. Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh dari interpretasi citra penginderaan jauh.

  Tahapan interpretasi peta yaitu:
1. Deteksi (detection): melihat secara menyeluruh misalnya pada sebuah citra. Tahap ini sebagai proses seleksi objek yang ada pada citra, dipilih objek yang sesuai dengan tujuan utama interpretasi.

2. Identifikasi (identification): mengidentifikasi ciri-ciri objek yang terekam pada citra.

3. Pengenalan akhir (recognition): menganalisis dan menyimpulkan objek yang terekam berdasarkan ciri-ciri objek yang ada.

Interpretasi suatu peta diperlukan unsur-unsur yang dijadikan kunci dalam mengenali sebuah objek. Unsur-unsur interpretasi meliputi delapan hal yaitu:

1. Rona (tone) yaitu tingkat kecerahan suatu objek
2. Bentuk (shape) yaitu konfigurasi atau kerangka suatu objek
3. Ukuran (size) yaitu atribut berupa luas, volume, jarak, tinggi suatu objek
4. Pola (pattern) yaitu susunan keruangan suatu objek
5. Bayangan (shadow) yaitu efek sebuah objek terhadap sinar
6. Tekstur (texture) yaitu frekuensi perubahan rona pada citra
7. Situs (site) yaitu lokasi suatu objek terhadap objek lain yang lebih mudah dikenali
8. Asosiasi (assosiation) yaitu keterkaitan suatu objek dengan objek lain untuk mengenali objek tersebut

Pengenalan objek atau fenomena pada citra dilakukan dengan menggunakan ciri-ciri objek yang terekam pada citra, yaitu:

1. Spektral.
~ kecerahan atau rona, yaitu tingkat kegelapan atau kecerahan obyek.

2. Spasial.

~ bentuk, sebagai ekspresi topografi pada dua dimensi.
~ bayangan, adanya pengaruh dari sinar matahari.
~ tekstur, ukuran frekuensi perubahan rona pada gambar obyek.
~ pola, merupakan susunan keruangan suatu obyek.
~ situs, penjelasan dari suatu obyek.
~ asosiasi, dasar mengenali obyek dengan memperhatikan suatu obyek dengan obyek lain.

3. Temporal: dicirikan dengan umur maupun saat perekaman.



DAFTAR PUSTAKA

Lillesand, Thomas M. Kiefer, Ralph W. 1979. Remote Sensing and Image Interpretation. New York: John Wiley & Sons Inc.



Sutanto, Prof. 1995. Penginderaan Jauh Dasar. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada

DIAGRAM LINGKARAN

Diagram lingkaran adalah penyajian data statistik dengan menggunakan gambar yang berbentuk lingkaran. Bagian-bagian dari daerah lingkaran menunjukkan bagian bagian atau persen dari keseluruhan. Untuk membuat diagram lingkaran, terlebih dahulu ditentukan besarnya persentase tiap objek terhadap keseluruhan data dan besarnya sudut pusat lingkaran.

Beberapa macam diagram lingkaran yaitu
1. Pie graph
Pie graph adalah diagram lingkaran yang menyajikan data kuantitas sederhana. Penyajiannya berupa lingkaran yang terbagi menjadi beberapa segmen sesuai jumlah data yang ada. Penyajiannya berupa presentase (100%) dan derajad (3600).

2. Ring graph
Ring graph merupakan diagram lingkaran yang berbentuk beberapa lingkaran yang konsentris di satu titik. Fungsi utama diagram ini untuk membandingkan dua atau lebih macam pie graph dalam satu tampilan. Orientasi yang digunakan setiap lingkaran dalam ring graph ini harus sama dan urutan warna setiap segmen juga harus sama. Diagram yang jari-jarinya lebih kecil digambarkan di bagian dalam diagram yang lebih besar agar setiap lingkaran bisa terlihat.

3. Adjacent graph
Adjacent graph merupakan diagram lingkaran yang bentuknya berupa potongan-potongan lingkaran yang didekatkan. Besar busur setiap lingkaran bergantung jumlah data yang digunakan. Apabila akan membandingkan dua jenis data maka 3600/2=1800, didapat besar busur 1800 menggambarkan 100% data tersebut.

4. Circular graph
Circular graph merupakan diagram lingkaran yang berbentuk lingkaran menyerupai jam atau menyerupai kutub dengan garis-garis lintang yang terkonsentris di kutub. Diagram ini disebut diagram jam (clock graph) dan diagram kutub (polar graph). Diagram melingkar menggambarkan data yang sifatnya periodik atau terjadi dalam waktu tertentu.

5. Spoke graph
Spoke graph merupakan diagram lingkaran yang berbentuk seperti star graph (diagram yang menunjukkan arah) tetapi diagram ini tidak mewakili arah data. Biasanya diagram ini digunakan untuk menyajikan data hubungan antara temperatur dan curah hujan dalam periode bulanan.


DAFTAR PUSTAKA

Sudaryatno; Muhammad Kamal. 2013. Petunjuk Praktikum Representasi Data dan Semiologi. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

GRAFIK GARIS DAN GRAFIK BATANG


Menurut Truran, 1977 ada tiga metode untuk merepresentasikan data statistik, yaitu:
1.      Grafik statistik
Grafik statistik berkaitan dengan hubungan antara kuantitas dan tidak menekankan pada lokasi atau sebaran keruangannya.
2.      Diagram statistik
Kelompok ini terdiri atas metode yang tidak bergantung pada selembar kertas atau peta sebagai dasar mereka. Diagram statistik dapat digunakan dalam kombinasi  dengan peta untuk tujuan mendefinisikan atau menekankan lokasi tetapi mereka juga dapat digambarkan secara independen.
3.      Peta statistik
Kelompok ini termasuk mereka metode representasi statistik yang menekankan pada lokasi atau distribusi spasial dan menggunakan peta sebagai dasar penggambaran.

Grafik statistik dibuat dengan tujuan untuk mempermudah dalam pembacaan dan pemahaman data bagi pembaca. Data statistik berupa angka seringkali tidak menarik untuk dibaca dan sulit untuk dipahami. Grafik statistik yng berupa gambaran secara visual lebih menarik dan lebih mudah untuk dipahami. Contoh dari grafik statistik yaitu grafik batang, grafik garis dan piramida penduduk (superimposed pyramid).

Grafik garis populer dengan kesederhanannya dan kemampuannya dalam menampilkan data dari berbagai hal. Grafik ini berfungsi menunjukkan perubahan satu variabel dalam hubungannya dengan variabel lain. Dibuat dengan menghubungkan titik-titik yang dibuat secara koordinat oleh karena itu dalam grafik garis selalu terdapat sumbu x dan sumbu y. Sumbu x merepresentasikan variabel bebas dan sumbu y mewakili variabel terikat.

Grafik batang populer dengan kesederhanannya dan tampilan visual yang dimilikinya. Diagram batang umumnya digunakan untuk menggambarkan perkembangan nilai suatu objek penelitian dalam kurun waktu tertentu. Diagram batang menunjukkan keterangan-keterangan dengan batang-batang tegak atau mendatar dan sama lebar dengan batang-batang terpisah.


Grafik garis dan grafik batang dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1.      Grafik Sederhana (simple graph): menyajikan satu macam data
2.      Grafik Campuran (multiple or group or comparative graph): menyajikan beberapa data dalam satu grafik
3.      Grafik Gabungan (compound graph): menyajikan jumlah total dari beberapa data
4.      Grafik Divergen (divergence graph): menyajikan data dalam bentuk berlawanan yaitu kondisi plus dan minus

Piramida penduduk (superimposed pyramid) digunakan dalam studi demografi untuk menggambarkan populasi dari suatu penduduk. Grafik ini menggambarkan umur dan jenis kelamin suatu populasi penduduk. Data penduduk pria digambarkan sebelah kiri dan data penduduk wanita di sebelah kanan.



DAFTAR PUSTAKA


Sudaryatno; Muhammad Kamal. 2013. Petunjuk Praktikum Representasi Data dan Semiologi. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Truran, H.C. 1977. A Practical Guide to Statistical Maps and Diagrams. London: Heinemann Educational Book Ltd.